Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Strategis Nasional Didorong Terlibat dalam Proyek Listrik 35.000 MW

Kompas.com - 04/06/2015, 22:18 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan menantang industri strategis di Indonesia menggarap megaproyek listrik 35.000 MW. Jika industri-industri strategis tersebut terlibat, maka angka impor Indonesia bisa ditekan.

“Pertanyaan saya, dari listrik ini apa yang bisa dibuat oleh industri di dalam negeri? PAL, Pindad, BPPT, PT DI, apa yang bisa dibuat, apakah inseneratornya, broilernya, atau apa? Masa semua harus kita impor,” ujar Luhut dalam kunjungannya ke PT Pindad di Bandung, Kamis (4/6/2015).

Luhut menjelaskan, pembangkit listrik 35.000 MW ini merupakan megaproyek milik pemerintah. Proyek ini lahir karena kebutuhan listrik setiap tahunnya terus tumbuh sekitar 10-11 persen. Bahkan, pertumbuhan kebutuhan listrik ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Jadi, jika target pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini sekitar 5 persen, Luhut menghitung, pertumbuhan listrik tahun ini diperkirakan 7,5-8 persen setahun atau sekitar 4.600 MW. Mengingat angka yang besar tersebut, tentunya akan lebih bagus jika kebutuhan pembangkit listrik diproduksi di dalam negeri.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pindad, Sylmi Karim mengatakan, Pindad memiliki kemampuan memproduksi generator, namun baru 10 MW. Hal itu merupakan peninggalan Habibie saat bekerjasama dengan Siemens.

Saat itu, mantan Presiden RI tersebut memproduksi 3,5 MW, setelah kerja sama berakhir, Pindad kembali mengembangkan hingga berhasil membuat generator 10 MW. Namun yang terpenting, sambung Sylmi, ketika pemerintah melakukan kerja sama dengan luar negeri, ada persyaratan yang Indonesia ajukan seperti transfer of technology.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com