Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, saat Cikopo-Palimanan dioperasikan sekitar 40 persen kendaraan (sedan, bus, dan truk) yang melintasi Jalur Pantai Utara (pantura) dari Karawang sampai Cirebon akan beralih ke jalan tol yang menghabiskan biaya investasi lebih kurang Rp 12,5 triliun itu.
Hudaya menambahkan, Cikopo-Palimanan mampu menampung sekitar 25.000 kendaraan per hari. Kapasitas bisa naik hingga tiga kali lipat saat arus mudik hari raya dan libur.
Penyelesaian Trans-Jawa
Menurut data Kementerian PUPR sampai 31 Maret 2015, dari sembilan ruas Jalan Tol Trans-Jawa, hanya Cikopo–Palimanan yang telah menyelesaikan tahap konstruksi. Delapan ruas lainnya masih tahap pembebasan lahan dan konstruksi dengan kemajuan 36 persen-90 persen. Ruas dimaksud ialah Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, dan Mojokerto-Surabaya.
Melihat sejarah, kehadiran jalan raya dan prasarana angkutan massal mendorong percepatan penyaluran barang serta jasa dan terutama pergerakan manusia.
Lebih dari 200 tahun lalu, upaya untuk menghubungkan ujung barat dan timur Jawa sudah dilakukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.
Ia membangun Jalan Raya Pos dari Anyer (Banten) ke Panarukan (Jawa Timur) selama setahun hingga bisa diselesaikan pada 1808. Daendels bisa menyelesaikan jalur itu sangat cepat karena tidak semua ruas harus dibangun baru. Beberapa ruas juga hanya melebarkan jalan yang sudah ada.
Sumbangsih Daendels masih menjadi andalan urat nadi perekonomian Jawa dan nasional di beberapa tempat hingga kini.
Kini, secara perlahan, kedua ujung Jawa itu akan kembali disambungkan dengan jalan bebas hambatan.
Menurut Hudaya, konstruksi Cikopo-Palimanan, salah satu ruas Trans-Jawa, yang panjangnya mencapai 116 km dan memiliki 99 jembatan sungai dan jalan, merupakan skala pekerjaan yang signifikan. ”Sangat menantang, tetapi terbukti bisa,” katanya.
Mirip maraton
Sandiaga menganalogikan pembangunan Cikopo-Palimanan dengan lomba maraton. Pelari pada event berjarak 42,195 km memerlukan napas panjang, stamina prima, dan kecepatan stabil. Untuk bisa melakukan itu mereka harus dilandasi komitmen kuat dan niat baik.
Dalam konstruksi prasarana, komitmen itu bukan sekadar dalam pembangunan, melainkan juga pendanaan dan terutama pembebasan lahan yang melibatkan pemerintah daerah. Proyek sudah dicanangkan pada 2004, tetapi tahapan pengerjaan diguncang krisis keuangan.
Pembebasan lahan juga amat sulit meskipun akhirnya masalah tersebut bisa dilampaui. Pengerjaan fisik jalan tol itu ternyata lebih cepat daripada target Agustus 2015. (BRO/NAD)
baca juga: Menteri PU Pastikan Tol Cikopo-Palimanan Selesai Sebelum Lebaran