Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Anjlok, Harga Kedelai Melonjak, Pengusaha Tahu Kelimpungan

Kompas.com - 28/08/2015, 10:10 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Imbas anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mulai terasa di sektor riil. Seperti yang terjadi dikalangan pengusaha tahu di Salatiga dan Semarang. Mereka mulai kelimpungan dengan kenaikan harga kedelai sebagai imbas naiknya nilai mata uang dollar AS.

Perusahaan Tahu Sumber Karya Putra, yang terletak di Tingkir Salatiga misalnya, dengan kapasitas produksi 2 kwintal kedelai perhari, mengaku terbebani dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak tiga pekan terakhir tersebut.

"Dengan harga kedelai Rp 7.100/kilogram saat ini, keuntungan kami turun sekitar 30 persen. Sebelumnya harga kedelai Rp 6.700 (perkilogram)," kata Anjas Laksana (41) pemilik Perusahaan Tahu Sumber Karya Putra, saat ditemui Kamis (27/8/2015).

Para pengusaha dihadapkan pada dua pilihan, antara menaikkan harga atau memperkecil produk mereka. Kedua pilihan tersebut mempunyai risiko yang sama-sama merugikan pengusaha. "Kalau kita naikkan harganya, takut pada lari. Tapi kalau kita kecilkan (ukurannya), pasti pada komplain," ujar Anjas.

Dengan kondisi seperti itu, menurut dia, para perajin tahu rumahan akan diuntungkan. Dengan kapasitas produksi dibawah 15 kilogram kedelai setiap hari, mereka biasanya masih bertahan dengan ukuran produk dan harga jual yang lama. Sedangkan untuk menaikkan harga jual, di antara kalangan pengusaha tahu sendiri meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan perajin tahu rumahan, mengaku sulit dilakukan.

"Jumlah pabrikan tahu di Salatiga ada lima, kalau perajin mungkin puluhan dan mereka ini yang masih bisa ambil untung. Sebab mereka tidak menghitung tenaga yang dikeluarkan. Kalau pabrikan seperti saya, ada sembilan karyawan yang musti digaji," jelasnya.

Anjas mengungkapkan, saat ini harga jual tahu ditingkat pedagang masih sama, yakni Rp 400/buah untuk tahu basah dan Rp 500/buah untuk tahu goreng. Ia menghitung, jika harga kedelai menyentuh angka Rp 8.000/ kilogram maka pengusaha tahu seperti dirinya bisa gulung tikar. Jika memang harga kedelai terus naik, kemungkinan opsi yang dipilih adalah menaikkan harga jual produk.

"Kalau dihitung perhari, pabrik kami mampu menghasilkan 6.000 buah tahu setiap hari. Sebisa mungkin kami akan mempertahankan usaha warisan yang sudah tiga generasi ini," katanya.

Kekhawatiran hambatan laju usaha akibat merosotnya nilai rupiah juga datang dari, Handayani (52) pengusaha tahu di Dusun Jetis, Desa Leyangan, Ungaran Timur. Untuk mengantisipasinya, Handayani mengubah ukuran tahu ketimbang menaikkan harga jual. "Naik sekitar sepekan terakhir. Agar bisa tetap untung, ukuran tahu  lebih dikecilkan sedikit beberapa mili," kata Handayani.

Sebagai pelaku usaha kecil, Handayani sangat berharap agar pemerintah bisa menurunkan harga kedelai hingga di kisaran Rp 6.000 per kilogram. "Usaha kecil seperti kita ini sangat terpengaruh dengan dolar mengingat kedelai yang digunakan adalah kedelai impor. Karenanya harus ada kebijakan ekonomi yang mampu membuat rupiah stabil sehingga harga kedelai juga bisa stabil, tidak naik turun seperti sekarang,” tuturnya.

Sementara itu, di tingkat pasar tradisional belum ada perubahan harga jual sejumlah produk berbahan baku kedelai. Konsumen masih membeli tempe dengan harga Rp 400 per bungkus daun dan Rp 2.000 – Rp 4.000 per bungkus plastik. Sementara untuk harga tahu dibanderol Rp 2 .000 per bungkus isi delapan sampai 10 potong tahu.

"Saya biasanya belanja di Pasar Bandarjo Ungaran. Harga tahu dan tempe masih tetap kalau ukurannya saya kurang memperhatikan ya?," kata Rasyanti (50), warga Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan

IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Whats New
Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Whats New
Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Whats New
Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com