Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 03/05/2024, 08:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Harga saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Kamis (2/5/2024) hingga 8 persen. Saham BBNI ditutup pada level Rp 4.830 per saham atau turun 420 poin.

Di hari tersebut net sell asing tercatat 202,9 miliar lembar saham senilai Rp 992 miliar.

Menurut Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, penurunan saham seiring sentimen negatif yang membayangi pergerakan saham BBNI, seperti pendapatan bunga bersih pada kuartal I 2024 tercatat menurun 9,77 persen YoY menjadi Rp 9,39 triliun dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 10,41 triliun.

Seiring dengan itu, beban bunga BBNI juga membengkak 47,53 persen YoY menjadi Rp 6,48 triliun. Di sisi kualitas aset, Non-Performing Loan (Gross) turun menjadi 2 persen setelah sebelumnya di periode yang sama pada tahun sebelumnya berada di level 2,8 persen.

Baca juga: Perluasan Sektor Kredit, Jamu Manis Terbaru dari BI untuk Perbankan

Di sisi lain, kredit yang disalurkan pun mampu bertumbuh 9,6 persen YoY menjadi Rp 695,16 triliun sejalan dengan target BBNI yaitu di level 9 – 11 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat 4,9 persen YoY menjadi Rp 780,23 triliun.

Namun, Net Interest Margin (NIM) justru turun 4 persen YoY dibawah target manajemen yang sebesar 4,5 persen. Pada kuartal I-2024, BBNI mencatat laba bersih sebesar Rp 5,33 triliun atau naik 2 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,22 triliun.

“Dengan capaian ini memberikan indikasi bahwa kondisi perekonomian sangat mempengaruhi kinerja BBNI, kami menilai dengan meningkatnya suku bunga BI justru nantinya akan menurunkan penyaluran kredit dan meningkatkan rasio kredit macet atau NPL,” kata Maximilianus dalam analisisnya.

Baca juga: Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

 


Dengan last price 4.830 dan PBV, 1,16x, Maximilianus menargetkan harga saham BBNI bisa mencapai 4.750 hingga 5.850, dan exit pada level 5.350 - 4.200.

Pada hari Kamis, BNI juga telah menandatangani Facility Agreement senilai 110 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,78 triliun dengan PT Barito Wind Energy, anak perusahaan dari PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), untuk akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap.

Adapun rinciannya, dana tersebut terbagi menjadi Tranche A sebesar 70 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,13 triliun untuk pembiayaan akuisisi, dan Tranche B sebesar 40 juta dollar AS atau sekitar Rp 646,72 miliar untuk General Corporate Purposes.

Sebagai informasi, saham - saham perbankan big caps mengalami tekanan sepanjang perdagangan hari Kamis. Saham Bank Mandiri (BMRI) turun 8,3 persen, Bank Syariah Indonesia (BRIS) dan Bank Rakyat Indoensia (BBRI) melemah 3,6 persen.

Baca juga: Harga Saham BRI Terkoreksi, Investor Buy atau Hold?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com