Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Tak Menentu, Haruskah Reksa Dana Saham Dialihkan?

Kompas.com - 08/09/2015, 06:07 WIB

Menata ulang portofolio disebut reaksi apabila penyebab investor melakukannya karena kepanikan menghadapi kondisi pasar yang tidak kondusif. Dengan kata lain, meski dalam kuesioner profil risiko didapatkan bahwa investor memiliki profil yang agresif, tapi kenyataannya tidak.

Ketika benar-benar melihat bahwa nilai uang dia saat ini lebih kecil daripada jumlah uang yang diinvestasikan sejak awal dia menjadi tidak nyaman, panik dan akhirnya menjual sebagian atau bahkan semua investasi dan memindahkan ke instrumen yang lebih aman.

Apakah reaksi di atas dikatakan salah? Sebetulnya tidak. Sangat wajar bagi investor manapun untuk merasa tidak nyaman melihat hasil investasi turun atau rugi. Bisa juga ini karena merupakan kesalahan dari tenaga pemasar karena tidak menjelaskan risiko dengan baik ketika melakukan penawaran produk.

Hanya saja perlu diketahui bahwa tindakan menata ulang portofolio investasi yang disebaikan reaksi kepanikan sesaat mungkin akan merugikan investor dalam jangka panjang.

Kebanyakan investor yang panik pada saat mengalami penurunan harga dan melakukan tindakan cutloss untuk mengamankan dana yang tersisa suka tidak suka pasti akan punya rasa trauma terhadap investasi.

Akibatnya ketika harga turun ke tingkat yang lebih rendah lagi belum tentu mereka berani untuk membeli karena khawatir akan kembali turun. Sebaliknya ketika harga bergerak naik, mereka juga akan ragu-ragu untuk masuk karena menunggu harganya kembali turun.

Pada akhirnya, mungkin mereka baru masuk lagi ketika harga naik tinggi di atas harga mereka melakukan cutloss sebelumnya. Jika tidak mampu mengatasi rasa panik tersebut, dikhawatirkan sejarah akan terus berulang dan investor tidak dapat menikmati keuntungan dari investasi reksa dana yang naik dalam jangka panjang.

Jadi kuncinya adalah bukan boleh atau tidak boleh melakukan penataan ulang terhadap portofolio investasi reksa dana. Tapi apakah tindakan tersebut merupakan tindakan yang sudah direncanakan sejak awal atau hanya kepanikan sesaat saja. Apabila hanya merupakan reaksi atas kepanikan, sebaiknya investor berpikir ulang kembali sambil mengevaluasi kembali rencana investasinya.

Bagaimana untuk investor yang belum membuat rencana ? Sebetulnya tidak sulit, investor tinggal membuat rencana investasi yang solid. Bisa berupa rencana investasi disiplin (autodebet) yang dilakukan dalam kurun waktu sekian tahun sehingga apapun kondisinya tetap dilanjutkan.

Bisa juga berupa rencana komposisi aset alokasi tertentu yang ingin dipertahankan sambil dievaluasi secara berkala. Periode evaluasi bisa 6 bulanan atau 1 tahunan.

Pada akhirnya, keberhasilan dalam investasi tidak hanya ditentukan oleh kondisi keuangan investor tapi juga oleh disiplin dalam pelaksanaannya.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

- -
*Rudiyanto adalah penulis Buku “Sukses Finansial dengan Reksa Dana” dan “Fit Focus Finish” yang diterbitkan oleh Elex Media. Head of Operation and Business Development Panin Asset Management. Salah satu Manajer Investasi terbesar di Indonesia, penerima penghargaan reksa dana Tertinggi, Terbaik dan Terfavorit pada tahun 2015 oleh Majalah Investor – Infovesta. Rudiyanto juga merupakan anggota Kelompok Kerja (POKJA) Otoritas Jasa Keuangan untuk peningkatan Literasi Keuangan di Indonesia.  Blog rudiyanto.blog.kontan.co.id
FB Rudiyanto.Blog
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com