Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100.000 Pekerja Sudah Kena PHK?

Kompas.com - 25/09/2015, 07:34 WIB

KOMPAS.com — Berapa banyak tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) gara-gara ekonomi sulit tahun ini? Satu pertanyaan di atas akan memunculkan beragam jawaban jika diajukan kepada para pemangku kepentingan.

Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menyebutkan, angkanya sekitar 27.000 orang. Namun, kalangan buruh, pengusaha, dan ekonom yakin bahwa angkanya jauh di atas itu. Pasalnya, banyak perusahaan yang tidak melaporkan PHK ke Kemenaker. Di industri tekstil saja, angkanya sudah lebih dari 36.000 orang.

Berkaca dari data di industri tekstil, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, jika ditambah dengan sektor lain, bukan mustahil angkanya saat ini sudah lebih dari 100.000. Dampak PHK sebanyak ini tak lagi bisa dianggap enteng. Jika tidak segera dicarikan solusi, “Pilkada serentak di tengah besarnya PHK akan berpotensi konflik,” ujar dia. (baca juga: "Ada Potensi PHK 100.000 Tenaga Kerja")

Belum lagi perkiraan ke depan bahwa jumlah orang yang kehilangan pekerjaan bakal terus bertambah. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebutkan, masih ada potensi PHK sekitar 50.000 orang. Ini berasal dari karyawan yang sudah dirumahkan sebelum Idul Fitri pada Juli lalu dan yang mengalami pengurangan jam kerja. Perusahaannya berasal dari industri sepeda motor, baja, dan industri elektronik. “Pekerja-pekerja itu sudah mulai dipanggil-panggilin mau PHK,” kata Said.

Ekonomi Indonesia memang masih akan terjepit. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam beberapa kesempatan menyebutkan, tekanan belum akan mengendur hingga akhir 2015.

Data terbaru soal ekspor impor yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ada gejala perbaikan di sisi perdagangan luar negeri. Dibanding bulan Juli, nilai ekspor dan impor mengalami kenaikan. Ekspor naik 10,79 persen menjadi 12,70 miliar dollar AS dan impor naik 21,69 persen menjadi 12,27 miliar dollar AS. Yang menjadi sinyal baik, kata Kepala BPS Suryamin, lonjakan impor dipicu oleh arus masuk barang modal.

Memang, masih ada surplus sebesar 433,8 juta dollar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, total surplus neraca perdagangan mencapai 6,22 miliar dollar AS dan menjadi surplus perdagangan tertinggi sejak 2012. Yang mesti diingat, rekor ini tercipta bukan karena ekspor yang tumbuh luar biasa, melainkan akibat neraca impor yang merosot dalam.


Tambah banyak
Dengan mengesampingkan perdebatan soal batasan garis kemiskinan di Indonesia yang jauh dari standar dunia, jumlah orang miskin versi BPS juga meningkat dalam enam bulan hingga Maret 2015. Data yang dipublikasikan 15 September 2015 itu mencatat, jumlah orang miskin mencapai 28,59 juta orang, bertambah 860.000 orang dibanding September 2014.

Penyebabnya, lanjut Suryamin, antara lain kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta tarif listrik. Plus, lonjakan harga di tingkat eceran, seperti beras (naik 14,48 persen), cabai rawit (26,28 persen), dan gula pasir (1,92 persen).

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tumbuh 12,4 Persen, Kredit Perbankan Tembus Rp 7.245 Triliun pada Kuartal I 2024

Tumbuh 12,4 Persen, Kredit Perbankan Tembus Rp 7.245 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Whats New
Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Whats New
Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Whats New
Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Whats New
PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

Whats New
Sandiaga: Investasi di Sektor Parekraf Capai Rp 11 Triliun di Kuartal I 2024

Sandiaga: Investasi di Sektor Parekraf Capai Rp 11 Triliun di Kuartal I 2024

Whats New
Kelas 1,2,3 Diganti Jadi KRIS, Ini Penjelasan Dirut BPJS Kesehatan

Kelas 1,2,3 Diganti Jadi KRIS, Ini Penjelasan Dirut BPJS Kesehatan

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 14 Mei 2024 Mayoritas Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 14 Mei 2024 Mayoritas Naik

Whats New
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok Lewat SSCASN

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok Lewat SSCASN

Whats New
Lowongan Kerja Astra Honda Motor, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja Astra Honda Motor, Ini Posisi dan Persyaratannya

Work Smart
Harga Emas Terbaru 14 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 14 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Perilaku Petugas Penagihan 'Fintech Lending' Paling Banyak Diadukan Masyarakat

Perilaku Petugas Penagihan "Fintech Lending" Paling Banyak Diadukan Masyarakat

Whats New
Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Whats New
Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com