Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tiga Hal yang Masih Membuat The Fed Cemas

Kompas.com - 24/12/2015, 04:37 WIB
NEW YORK, KOMPAS.com - Pimpinan The Federal Reserve Janet Yellen baru saja menaikkan suku bunga acuan untuk kali pertama dalam satu dekade terakhir. Jika dilihat secara keseluruhan, kenaikan suku bunga AS pada pekan lalu berjalan lancar dan sukses.

Meski Yellen belum mempersiapkan langkah selanjutnya, namun pelaku pasar sudah mulai bertanya-tanya, selanjutnya apa?

Tidak ada pihak yang menyukai ketidakpastian. Dan The Fed sering menyebabkan ketidakpastian dengan mengirimkan sinyal beragam ke market.

Misalnya saja pada pekan lalu, bank sentral mengatakan ekonomi AS berjalan cukup baik. Bahkan The Fed memprediksi akan menaikkan empat kali kenaikan suku bunga AS pada tahun depan.

Di sisi lain, Yellen berulang kali menekankan bahwa untuk menaikkan suku bunga, The Fed tidak akan terburu-buru karena ada risiko besar yang mengintai ekonomi dan market. Dia menggunakan kata "bertahap" sebanyak 13 kali dan "akomodatif" tujuh kali.

Kunci untuk memahami kemana arah ekonomi AS dan kebijakan The Fed pada tahun depan adalah apa yang bisa menyebabkan bank sentral AS itu cemas. Nah, ini tiga hal yang bisa membuat The Fed terus waspada di tahun depan:

1. Tidak ada inflasi
Tidak ada inflasi menjadi momok bagi The Fed. "Apa yang mencemaskan mereka adalah inflasi. Sepanjang tahun ini kita juga membicarakan mengenai inflasi," ucap Ellen Zentner, chief US economist Morgan Stanley.

Dia merupakan salah satu ekonom yang tebakannya benar, di mana The Fed tidak akan menaikkan suku bunga hingga Desember.

Target inflasi The Fed saat ini adalah 2 persen. Sementara, tingkat pengukuran angka inflasi saat ini menunjukkan angka 0,4 persen.

Bagi warga Amerika kebanyakan, tidak adanya inflasi merupakan hal yang tidak terlalu buruk. Hal ini berarti harga barang-barang mulai dari gas, rumah, hingga pakaian tidak akan banyak mengalami kenaikan.

Namun, bagi ekonom di Wall Street dan The Fed, tidak adanya inflasi berarti perekonomian suatu negara tidak sehat.

Dalam pernyataannya pekan lalu. Yellen menekankan bahwa komite secara hati-hati mengamati apakah inflasi akan naik pada 2016.

"Kami melihat penurunan yang signifikan atas inflasi, sehingga kami akan mengawasi dengan ketat sejumlah hal yang berkaitan dengan prediksi kami," jelas Yellen.

2. China
Kartu liar untuk tahun depan adalah China. Perlambatan ekonomi di negara itu ikut berdampak negatif bagi sejumlah negara lain seperti Brazil dan Kanada.

Sulit mendapatkan informasi lengkap mengenai apa yang terjadi di China karena statistik pemerintah di sana tidak dapat diandalkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com