Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangkit Listrik dari Sampah Sagu Akan Hadir di Papua

Kompas.com - 01/01/2016, 21:41 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perum Perhutani akan bekerja sama dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa di distrik Kais, Papua dengan PT Energy Management Indonesia (Persero).

Pembangkit listrik ini akan memanfaatkan bahan bakar sampah hasil pengolahan sagu milik Perhutani.

Direktur Utama PT Energy Management Indonesia Aris Yunanto menyatakan, rencananya pembangkit listrik berkapasitas 3 megawatt dan ramah lingkungan ini akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan pabrik Perhutani.

Sisanya yang tidak terpakai akan dibagikan secara cuma-cuma oleh Perhutani kepada masyarakat dan Sekolah Menengah Kejuruan di Sorong Selatan.

"Kegiatan ini sebagai wujud sinergi BUMN untuk negeri, selain sebagai bentuk kepedulian Perhutani dan EMI kepada masyarakat dan kelestarian alam di Sorong Selatan," kata Aris dalam keterangan resmi, Jumat (1/1/2016).

Aris menambahkan, proses pembangunan hingga beroperasinya PLT Biomassa diharapkan akan rampung dalam waktu kurang dari setahun.

Ia menuturkan, Pembangkit Listrik Biomassa memiliki kadar pencemaran lingkungan lebih rendah daripada pencemaran akibat pembangkit listrik tenaga fosil seperti batu bara dan minyak solar.

Aris menyatakan, sedikitnya ada tiga potensi pembangkit listrik yang dapat dibangun di distrik Kais, yaitu pembangkit listrik biomassa, pembangkit listrik tenaga pasang surut dan gelombang laut dan pembangkit listrik tenaga air (sungai).

Meski begitu, PLT Biomassa merupakan pilihan tepat bagi sumber daya listrik di sekitar pabrik Perhutani.

Hal ini juga disebabkan oleh masih sedikit dan terpencarnya masyarakat di distrik tersebut, sehingga diperlukan pembangkit skala kecil untuk kelompok masyarakat yang cukup efisien.

"Secara ekonomi, nilai keekonomisan listrik yang dihasilkan oleh PLT Biomassa di Papua berdasarkan Peraturan Menteri ESDM memiliki nilai jual Rp 2,450 per KwH, lebih murah 50 persen dari harga beli listrik PLT Diesel atau solar yang dapat mencapai Rp 5.000 per KwH," tutur Aris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com