Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karyawan Honorer

Kompas.com - 18/02/2016, 16:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Tentu saja tidak semua kasus demikian. Ada lembaga pemerintah yang memang harus dibantu karyawan honorer karena memang kekuarangan karyawan.

Ini sekaligus memberi gambaran soal kacaunya birokrasi kita. Distribusi PNS sangat buruk. Ada banyak badan pemerintah yang kelebihan pegawai, tapi ironisnya masih tetap menambah karyawan. Tapi ada pula yang kekurangan karyawan. Ketimpangan distribusi akan segera terlihat bila kita membandingkan antara lembaga di daerah perkotaan dengan daerah terpencil.

Bila kita kaji persoalan ini dari sisi para karyawan honorer, maka kita dapat melihatnya sebagai persoalan pola pikir. Masih sangat banyak orang berharap jadi PNS. Mengapa? Alasannya, gaji tetap, resiko dipecat sangat rendah. Orang bisa bekerja santai, tanpa khawatir kena tegur atau kena sanksi.

Maka banyak orang yang rela menunggu bertahun-tahun, dipekerjakan sebagai karyawan honorer, dengan sedikit harapan akan diangkat menjadi PNS.

Ada banyak persoalan yang ditimbulkan terkait soal karyawan honorer ini. Jumlahnya yang semakin banyak, dengan tuntutan atau harapan bisa diangkat sebagai PNS. Padahal pemerintah dalam posisi kesulitan. Maka ini akan memberi beban psikologis, sekaligus beban politik.

Di sisi lain, ada begitu banyak praktek korupsi dan percaloan dalam proses perekrutan maupun pengangkatan karyawan honorer menjadi PNS. Banyak karyawan honorer yang rela menyogok puluhan bahkan ratusan juta, agar diangkat menjadi PNS.

Praktek percaloan dan penyuapan tidak hanya melibatkan karyawan di kalangan bawah. Pada beberapa kasus bahkan bupati sekalipun terlibat menerima suap.

Dalam diskusi kemarin saya dan Ratih sepakat untuk mendorong para karyawan honorer untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Harapannya, pengetahuan dan keterampilan itu bisa jadi modal untuk mencari pekerjaan lain.

Secara tegas Ratih mengatakan, jangan selalu berharap untuk diangkat jadi PNS, carilah peluang lain juga. Saya setuju dengan dorongan itu.

Salah seorang karyawan honorer yang hadir kemarin ternyata memiliki kemampuan unik. Dia pandai membuat gambar sketsa, yang bisa diolah menjadi gambar bergerak (animasi). Keterampilan ini sebenarnya banyak dibutuhkan oleh perusahaan swasta. Maka saya dorong dia untuk mempublikasikan karya-karyanya, dan mencari jaringan di mana keterampilannya bisa dipakai.

Di tempat kerja saya yang lama, saya juga pernah merekrut karyawan honorer dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, untuk menjadi karyawan di departemen ekspor-impor. Karyawan ini sudah biasa melayani perusahaan di kantor Bea dan Cukai, sehingga ia tahu seluk beluk prosedur pelayanan. Ia adalah tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Persoalan karyawan honorer ini adalah persoalan besar. Para pimpinan unit kerja pemerintah harus membantu menyelesaikannya, untuk mengurangi jumlah mereka. Caranya, antara lain dengan mendorong mereka meningkatkan kemampuan, agar bisa beralih profesi.

Perusahaan-perusahaan juga bisa merekrut dan memanfaatkan mereka. Mungkin dampak tindakan ini tidak besar. Tapi sekecil apapun dampaknya, usaha untuk mengurangi jumlah karyawan honorer tetap diperlukan.

Tulisan Hasanudin Abdurakhman lain bisa dibaca juga di http://abdurakhman.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Whats New
Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Spend Smart
Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Whats New
Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Whats New
Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Whats New
Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Whats New
KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

Whats New
Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Whats New
Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Whats New
OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

Whats New
SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

Whats New
Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Whats New
Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Whats New
Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Whats New
Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com