Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Batubara Jeblok, Belanja Modal Indika Energy Tahun Ini Menyusut

Kompas.com - 25/04/2016, 11:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Indika Energy Tbk (INDY) menyiapkan belanja modal sebesar 40,7 juta dollar AS pada tahun ini. Nilai belanja modal itu lebih kecil dari realisasi belanja modal pada tahun lalu yang sebesar 58,7 juta dollar AS.

Penurunan harga batubara memang membuat INDY sedikit menahan ekspansi sejak tahun lalu. Hal ini terlihat dari serapan anggaran belanja modal tahun lalu yang sebesar 85,9 persen dari alokasi anggaran awal yang senilai 68,6 juta dollar AS.

Porsi belanja modal paling besar tetap akan disalurkan untuk anak usaha yang menggarap bisnis kontraktor batubara dan konstruksi pertambangan, PT Petrosea Tbk (PTRO). Belanja modal khusus PTRO mencapai 27,4 juta dollar AS.

Tahun ini, Petrosea banyak berharap bisa memperoleh tambahan pendapatan dari bisnis di luar penambangan batubara, seperti jasa minyak dan gas, rekayasa, dan konstruksi.

Lalu, perusahaan transportasi dan logistik batubara terintegrasi, PT Mitrabahtera Sagara Sejati (MBSS) mendapat alokasi 6,1 juta dollar AS. Sementara produsen batubara Kideco Jaya Agung mendapat alokasi belanja 2,7 juta dollar AS, dan untuk INDY sendiri sebesar 4,7 juta dollar AS.

Perseroan berharap volume batubara Kideco bisa mencapai 32 juta ton. Jumlah ini turun dibandingkan realisasi tahun 2015 lalu yang sebesar 39,8 juta ton.

Per akhir tahun lalu, perseroan masih memiliki utang obligasi senilai 671,4 juta dollar AS yang terdiri atas senior notes sebesar 171,4 juta dollar AS, dan jatuh tempo pada 2018 mendatang, dan senior notes 500 juta dollar AS yang jatuh tempo tahun 2023.

"Pada Desember 2015, perseroan berhasil menyelesaikan pembelian kembali sebagian obligasi tahun 2018 bernilai pokok 126,6 juta dollar AS dengan harga beli sekitar 77,1 juta dollar AS," ujar manajemen INDY dalam materi paparan publik INDY, Jumat (22/4/2016). Sementara saldo kas perseroan saat ini sebesar 339,4 juta dollar AS.

Kinerja di 2015

Sepanjang tahun lalu, perseroan mencetak pendapatan sebesar 1 miliar dollar AS atau turun 1,1 persen dibandingkan 2014. Pada periode itu, INDY masih membukukan kerugian sebesar 44,5 juta dollar AS.

Belum lama ini, Moody's menurunkan peringkat INDY menjadi Caa1 dari B3. Moody's juga menurunkan peringkat dua obligasi INDY menjadi Caa1. Outlook rating tersebut negatif.

Penurunan peringkat ini mencerminkan utang perseroan yang besar, dan industri pertambangan global diperkirakan belum pulih. Sehingga, akan mempengaruhi arus kas perseroan. (Narita Indrastiti)

Kompas TV Pro Kontra Upeti Ketahanan Energi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com