Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Lebaran, Harga Bawang Merah Masih Merangkak Naik

Kompas.com - 11/07/2016, 19:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, pasca hari raya lebaran harga komoditas pokok belum menunjukan tren penurunan harga, terutama untuk bawang merah yang mengalami kenaikan harga.

"Belum, sampai detik ini bahkan ada kenaikan loh, bawang itu H-2 harganya masih Rp 35.000 per kilogram, terpantau H+3 sampai H+4 kemarin itu ada kenaikan sekitar Rp 5.000 kurang lebih Rp 40.000 sekarang, ada tren kenaikan," ujar Abdullah kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (11/7/2016).

Abdullah menambahkan, terkait pergerakan harga pasca lebaran biasanya cenderung stabil hingga H+7 hari raya.

Biasanya ditahun-tahun sebelumnya lima tahun terakhir paling tidak itu H-2 sampai H+7 trennya stabil, H+7 keatas baru ada penurunan.

Karena memang H+2 itu daya beli masyarakat cukup tinggi setelah lebaran barang-barang yang dibelinya sebelum lebaran sudah mulai habis.

"Rata-rata pedagang H+2 baru pada masuk atau beraktivitas kembali dipasar," ungkap Abdullah.

Abdullah mengungkapkan, fenomena tersebut sama seperti kejadian fluktuasi harga daging tahun 2015.

Menurut dia, ini sama persis seperti daging di tahun 2015, semua komoditas J+7 turun kecuali daging dan waktu itu daging sempat hilang dari peredaran.

"Saya melihat tahun ini hampir semua komoditas tidak hanya bawang seperti cabai, ayam, itu juga ada tren kenaikan walaupun tidak mencolok seperti bawang, kalau bawang memang cukup kuat tren kenaikannya," ungkap Abdullah.

Dia menambahkan, tren kenaikan dan penurunan harga dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu daya beli masyarakat dan juga pasokan bawang merah yang cepat sampai ke pasar.

"Faktor, yang pertama daya beli masyarakat tinggi, tetapi memang pasokan komoditas masih cukup tidak ada kekurangan, biasanya kan kalau bawang tidak ada otomatis harga tinggi," jelas Abdullah.

Dia menegaskan, pentingnya pasokan bawang merah yang dilakukan oleh Bulog agar cepat sampai ke pasar dan tidak adanya permainan dalam proses distribusi.

"Penyaluran bawang bulog, memang ini penting ya, sama sama mengevaluasi diri, bulog ini juga harus mengevaluasi diri, lebih banyak berintetaksi dengan pedagang pasar," kata dia.

Karena, bulog ini agak tertutup jika berkomunikasi dengan pihak luar ini yang berbahaya. Seperti keterlambatan sehari saja itu pasti ada kepanikan di pedagang dan menghabis stok dipedagang dan harganya pasti naik dan itu sulit untuk menurunkan kembali jika sudah seperti itu.

"Biasanya permainan harga memanjangnya di psikologis pasar, jadi barang ditahan dijalan, kan harusnya udah sampai jam 1 malam, tapi dia baru sampai jam 7 pagi itu berpengaruh karena ada kepanikan dibawah (pedagang)," pungkas Abdullah.

Kompas TV Harga Bawang Merah Merangkak Naik

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menperin Sebut Dumping Jadi Salah Satu Penyebab PHK di Industri Tekstil

Menperin Sebut Dumping Jadi Salah Satu Penyebab PHK di Industri Tekstil

Whats New
Data Terbaru Uang Beredar di Indonesia, Hampir Tembus Rp 9.000 Triliun

Data Terbaru Uang Beredar di Indonesia, Hampir Tembus Rp 9.000 Triliun

Whats New
Jadi BUMN Infrastruktur Terbaik di Indonesia, Hutama Karya Masuk Peringkat Ke-183 Fortune Southeast Asia 500

Jadi BUMN Infrastruktur Terbaik di Indonesia, Hutama Karya Masuk Peringkat Ke-183 Fortune Southeast Asia 500

Whats New
Mendag Zulhas Segera Terbitkan Aturan Baru Ekspor Kratom

Mendag Zulhas Segera Terbitkan Aturan Baru Ekspor Kratom

Whats New
Manfaatnya Besar, Pertagas Dukung Integrasi Pipa Transmisi Gas Bumi Sumatera-Jawa

Manfaatnya Besar, Pertagas Dukung Integrasi Pipa Transmisi Gas Bumi Sumatera-Jawa

Whats New
Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Whats New
Premi Asuransi Kendaraan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Penurunan Penjualan, Ini Alasannya

Premi Asuransi Kendaraan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Penurunan Penjualan, Ini Alasannya

Whats New
Hidrogen Hijau Jadi EBT dengan Potensi Besar, Pemerintah Siapkan Regulasi Pengembangannya

Hidrogen Hijau Jadi EBT dengan Potensi Besar, Pemerintah Siapkan Regulasi Pengembangannya

Whats New
Rupiah Masih Tertekan, Bank Jual Dollar AS Rp 16.600

Rupiah Masih Tertekan, Bank Jual Dollar AS Rp 16.600

Whats New
Freeport Akan Resmikan Smelter di Gresik Pekan Depan

Freeport Akan Resmikan Smelter di Gresik Pekan Depan

Whats New
Akhir Pekan, IHSG Mengawali Hari di Zona Hijau

Akhir Pekan, IHSG Mengawali Hari di Zona Hijau

Whats New
Ini Kendala Asuransi Rumuskan Aturan Baku Produk Kendaraan Listrik

Ini Kendala Asuransi Rumuskan Aturan Baku Produk Kendaraan Listrik

Whats New
Dokumen Tak Lengkap, KPPU Tunda Sidang Google yang Diduga Lakukan Monopoli Pasar

Dokumen Tak Lengkap, KPPU Tunda Sidang Google yang Diduga Lakukan Monopoli Pasar

Whats New
Bos Bulog Ungkap Alasan Mengapa RI Bakal Akuisisi Sumber Beras Kamboja

Bos Bulog Ungkap Alasan Mengapa RI Bakal Akuisisi Sumber Beras Kamboja

Whats New
Luhut Bantah Negara Tak Mampu Biayai Program Makan Siang Gratis

Luhut Bantah Negara Tak Mampu Biayai Program Makan Siang Gratis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com