Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Perbankan, Lokomotif atau Pengekor Pembangunan?

Kompas.com - 25/07/2016, 11:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Dalam kurun waktu tersebut, perekonomian nasional dalam kondisi normal dan bagus.

Namun, pada 2014, pertumbuhan kredit anjlok menjadi hanya 11,56 persen. Pada 2015, pertumbuhan kredit makin nyungsep karena hanya 10,12 persen.

Rendahnya penyaluran kredit sudah pasti akan berimbas pada perolehan laba. Artinya, pendapatan bank juga akan terpangkas.

Ubah strategi

Agar tidak terus menderita, maka bank jangan hanya mengikuti pasar.

Bank harus mengubah paradigmanya. Tidak lagi bank follow the trade tetapi leading the development .

Tidak lagi sebagai pengekor pembangunan, tetapi sebagai lokomotif dan pionir pembangunan.

Peluang perbankan untuk menjadi lokomotif pembangunan sangat terbuka lebar. Pasalnya, sangat banyak potensi ekonomi yang belum tergali di Indonesia.

Banyak daerah di kawasan Indonesia bagian timur yang kaya sumber daya alam belum berkembang optimal.

Bahkan, sektor pertanian dan perikanan, yang potensinya sangat besar, juga belum tergarap semestinya.

Kini bukan saatnya lagi bank menunggu adanya bisnis, baru kemudian masuk ke satu wilayah. Perbankan kini harus bisa menjadi lokomotif yang menciptakan peluang.

Memang diperlukan usaha dan kemampuan yang lebih besar. Sebab, perbankan harus kreatif menciptakan model-model pembiayaan baru untuk sektor-sektor yang belum terjamah.

Bank juga dituntut memiliki daya analisis tinggi terhadap daerah dan pasar-pasar baru. Dengan demikian risiko-risiko dapat diminimalisir.

Pertanyaannya, apakah ada bank-bank di Indonesia yang sudah mencoba menjadi lokomotif pembangunan?

Sayangnya, tak cukup banyak bank di negeri ini yang berani menjadi lokomotif pembangunan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com