Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Boediono, Ini Lima Pelajaran Menghadapi Krisis Ekonomi

Kompas.com - 01/08/2016, 16:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Presiden RI, Boediono, menyatakan, Indonesia memiliki pengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi.

Menurut dia, pengalamannya sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Keuangan, ataupun Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional telah memberi pelajaran berharga.

Boediono mengungkapkan, ada lima pelajaran yang dia ambil dari krisis-krisis yang pernah menerpa Indonesia.

Pertama, setiap krisis dari dua krisis yang dia hadapi selalu datang dengan mengejutkan. Elemen kejutan tersebut juga akan terjadi pada krisis-krisis selanjutnya. 

"Pemahaman saya, sampai saat ini ilmu pengetahuan tentang krisis tidak lebih banyak berkembang dibandingkan ilmu pengetahuan tentang prediksi bencana gempa bumi," kata Boediono pada acara BI-Federal Reserve Bank of New York Joint International Seminar di Hotel Sofitel Nusa Dua, Bali, Senin (1/8/2016).

Oleh sebab itu, strategi optimal yang bisa dilakukan para bankir bank sentral adalah selalu memeriksa kesehatan ekonomi tiap negara, seperti menjaga kesehatan tubuh sendiri.

Dalam krisis pertama, kesiapan Indonesia hampir nol dalam menghadapi krisis.

Konsekuensinya, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terpukul dan membutuhkan waktu paling lama untuk pulih.

Sementara itu, pada krisis kedua, Indonesia telah memiliki persiapan lebih baik dalam menghadapi krisis sehingga dampaknya minimal.

Pelajaran kedua dari pengalamannya adalah respons awal dalam penanganan krisis merupakan yang paling penting dan krusial.

Boediono menyebut, dalam krisis pertama yang dihadapinya, Indonesia tidak memiliki informasi yang cukup dan akurat sehingga respons awal dalam penanganan krisis pun salah langkah.

Sementara itu, di krisis kedua, respons awal telah cukup dan sesuai sehingga dampaknya pun minimal.

"Indonesia adalah salah satu negara yang paling kecil terdampak krisis dan salah satu yang tercepat pulih," ujar Boediono.

Pelajaran ketiga adalah, di tengah krisis, para pengambil kebijakan tidak boleh berasumsi bahwa koordinasi antar-institusi akan semulus ketika kondisi normal.

Faktanya, ketika terjadi tendensi ekonomi tidak sehat, lembaga justru ada yang tetap di zona nyaman mereka.

"Mereka meminimalkan peranannya untuk mengambil alih situasi dan mengambil keputusan kemungkinan untuk meminimalkan risiko politik karena takut menjadi sasaran kesalahan di masa mendatang," tutur Boediono.

Pelajaran keempat, memori institusional yang penting dalam mendukung keputusan yang bagus saat krisis sering kali sangat tipis atau bahkan tidak ada.

Masalah tersebut makin akut ketika, saat terjadi krisis, pengambil keputusan tidak memiliki orang berpengalaman yang pernah berurusan dengan krisis.

"Namun, itu seharusnya tidak menjadi masalah ketika kumpulan memori institusional dan pengetahuan sudah siap diakses oleh pengambil keputusan," ujar Boediono.

Pelajaran terakhir menurut dia sangat umum dan sudah diketahui luas oleh bankir, yaitu kondisi politik yang mendukung dalam menentukan efektivitas kebijakan ekonomi.

"Ekonomi yang bagus hanya bisa berdiri di atas politik yang bagus," kata dia.

Kompas TV Penyebab Krisis Ekonomi Menurut Mahathir Mohammad

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Whats New
Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Rilis
Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com