Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa "Core Business" Masa Depan buat Indonesia?

Kompas.com - 15/09/2016, 16:17 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Pada 2013, misalnya, devisa yang masuk Indonesia dari sektor migas tercatat 32,6 miliar dollar AS. Namun, sebut Arief, pada 2014 angkanya turun menjadi 30,3 miliar dollar AS dan semakin turun menjadi 18,9 miliar dollar AS pada 2015.

Bagaimana dengan sektor lain?

Komoditas batu bara yang sempat jadi primadona, pernah membukukan devisa 24,5 miliar dollar AS pada 2013. Namun, pada 2014 angkanya turun menjadi 20,8 miliar dollar AS dan anjlok menjadi 16,3 miliar dollar AS pada 2015.

Minyak kelapa sawit (CPO), juga menorehkan cerita yang tak jauh berbeda. Dari devisa 15,8 miliar dollar AS pada 2013, naik menjadi 17 miliar dollar AS pada 2014, tapi turun lagi menjadi 15 miliar dollar AS pada 2015.

Sebaliknya, sektor pariwisata pada kurun waktu yang sama memperlihatkan tren kenaikan devisa. Dari 10 miliar dollar AS pada 2013, devisa sektor ini naik menjadi 11 miliar dollar AS pada 2014 dan 12,6 miliar dollar AS pada 2015.

"(Devisa yang masuk) cenderung (terus) naik, karena industri pariwisata itu sustainable," kata Arief.

Arief mempersilakan pula data kinerja sektor lain untuk ditengok. Dari 10 komoditas utama, dia berkeyakinan gambarannya akan sama dengan contoh-contoh di atas.

"Performa (sektor-sektor itu) sedang lesu dan turun. Lagi-lagi pariwisata yang paling memberikan harapan untuk masa depan negeri ini," kata Arief.

Lagi pula, lanjut Arief, pariwisata adalah sektor yang paling mudah dan murah. Saat ini, sektor pariwisata menyumbang 10 persen pendapatan domestik bruto (PDB). Per tahun, pertumbuhan PDB sektor ini pun tumbuh 4,8 persen sampai 6,9 persen.

Lalu, setiap 1 juta dollar AS devisa yang masuk ke Indonesia dari pariwisata akan menyumbang PDB hingga senilai 1,7 juta dollar AS. Penerimaan devisa sektor ini, sebut Arief, tumbuh 13 persen pada 2015 dibandingkan setahun sebelumnya.

"(Padahal), biaya marketing yang diperlukan hanya dua persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan," kata Arief.

Satu hal perlu juga dicatat, imbuh Arief, sektor pariwisata saat ini menyediakan 9,8 juta pekerjaan. Angka itu setara 8,4 persen lapangan kerja nasional dan berada di posisi keempat dari seluruh sektor industri.

"Dalam 5 tahun penciptaan lapangan kerja sektor pariwisata tumbuh 30 persen," tutur Arief.

Dengan "modal" 5.000 dollar AS per tahun, papar Arief, sektor pariwisata sudah bisa membuka satu lapangan pekerjaan baru. Sektor lain, sebut dia sebagai pembanding, rata-rata butuh modal sekitar 100.000 dollar AS untuk membuka satu lapangan kerja baru.

Berikutnya, Arief menyebutkan kunjungan wisatawan mancanegara pada 2015 tercatat mencapai 10,4 juta orang. Kunjungan itu meningkat 10,3 persen dibandingkan setahun sebelumnya, saat wisatawan ke Malaysia anjlok 15,7 persen dan Singapura hanya bertambah 0,9 persen.

"Itu menunjukkan, performance kita tidak terlalu buruk. Pertumbuhan dan suasana industrinya sangat bergairah, sangat agresif, dan terus bertumbuh," ungkap Arief.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com