JAKARTA, KOMPAS.com - PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatatkan kinerja positif di periode sembilan bulan pertama yang berakhir per 30 September 2016.
Berdasarkan keterangan perusahaan, XL mencatat laba sebesar Rp 160 miliar dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 507 miliar tahun lalu.
Hal ini terjadi karena dampak positif penguatan rupiah terhadap dollar AS, dan keuntungan dari penjualan menara ke Protelindo pada periode tersebut.
Namun, XL harus mencatatkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sedikit menurun secara kuartalan. Hal ini terjadi sebagai dampak dari penjualan menara, dan biaya sewa kembali yang lebih tinggi.
Selain itu, ada pula karena pengaruh peningkatan upaya dari sisi penjualan dan pemasaran untuk membangun kesadaran pelanggan melalui program U900 dan peluncuran layanan 4G, terutama untuk visibilitas perdagangan yang lebih baik.
Meskipun demikian, pada periode sembilan bulan pertama di 2016, EBITDA meningkat 3 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp 6,2 triliun.
Sementara margin juga telah meningkat 2,8 persen YoY menjadi 38,6 persen, sebagai hasil dari fokus XL pada profitabilitas yang merupakan inti dari agenda transformasi.
Seiring dengan agenda transformasi, XL telah berhasil menyelesaikan tujuan pengelolaan Neraca Keuangan (Balance Sheet Management) untuk mengurangi dan meminimalkan dampak fluktuasi forex.
Karena itu, dengan selesainya proses rights issue, dan penjualan menara serta transaksi penyewaan kembali menara tersebut, pada triwulan sebelumnya, posisi leverage yang dimiliki XL saat ini telah kembali seperti pada masa pra-akuisisi AXIS.
Hal ini memberikan XL kekuatan dan fleksibilitas neraca yang memadai.
Sekadar informasi, agenda transformasi XL terdiri dari Revamp (Mengubah), yakni mengubah model bisnis pencapaian pelanggan (dari volume menjadi value) disertai strategi distribusi serta perbaikan portofolio produk untuk meningkatkan pendapatan.
Lalu strategi Rise (Meningkatkan), yakni meningkatkan nilai brand XL dan menggunakan strategi dual-brand dengan AXIS untuk menyasar berbagai segmen pasar yang berbeda.
Dan terakhir strategi Reinvent (Menemukan kembali), yakni menumbuhkan berbagai inovasi bisnis melampaui model bisnis yang digunakan saat ini.
Pentingnya transformasi ini bagi XL adalah untuk merespon perubahan pasar yang sangat dinamis dan fokus pada penciptaan nilai (value) sehingga XL dapat membangun bisnis yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Pada kuartal III 2016, pendapatan layanan tumbuh 2 persen secara kuartalan, membalikkan tren penurunan yang terjadi selama 2 kuartal terakhir.
Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan data yang mampu mengimbangi penurunan pada pendapatan “Legacy Service” (Voice dan SMS), terutama karena substitusi layanan data.
Namun, pendapatan kotor rata (flat) secara kuartalan di kuartal III 2016 karena pendapatan sewa menara turun setelah selesainya penjualan dan penyewaan kembali menara ke ke Protelindo pada pada triwulan sebelumnya.
Basis pelanggan XL terus tumbuh dengan penambahan 1 juta pelanggan pada kuartal III 2016, menjadi total 45 juta, 8 persen lebih tinggi dari basis pelanggan tahun lalu.
ARPU blended XL telah meningkat menjadi lebih dari Rp 36.000 pada periode sembilan bulan di 2016 ini, atau 13 persen lebih tinggi dari Rp 32.000 di periode yang sama tahun lalu.
Pencapaian ini merupakan hasil dari fokus XL untuk meraih pelanggan secara tepat sebagai bagian dari agenda Transformasi.
Presiden Direktur & CEO XL, Dian Siswarini mengatakan, perusahaan terus fokus untuk meningkatkan cakupan wilayah dan kualitas jaringan data untuk menempatkan XL sebagai Mobile Internet Leader di Indonesia.
"Ini merupakan bagian dari Strategi Transformasi XL dan kami berharap untuk dapat membawa hal tersebut menjadi momentum pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan pada kinerja keuangan dan operasi kami," kata dia melalui rilis ke Kompas.com.