Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangkal Ancaman Bioterorisme dari Perbatasan

Kompas.com - 11/01/2017, 12:00 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

Kompas TV Jokowi Minta Bangun Pasar di Perbatasan

"Isu bioterorisme sangat penting, karena masa depan adalah masa perang dalan tanda kutip, bisa perang ekonomi, bisa perang daya saing. Pada dunia seperti ini, kita harus waspada kepada sesuatu yang tidak kasat mata," kata Herman.

Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian Banun Harpini mengatakan, pihaknya sudah menaruh perhatian khusus terhadap benih-benih tanaman yang berasal dari luar Indonesia. Pengambilan sampel dan uji laboratorium jadi tolak ukurnya.

Meski begitu, upaya menangkal bioterorisme sejak dari perbatasan diakui Banun tidak mudah. Dibutuhkan sarana khusus untuk melakukan pengujian dan pengambilan sampel benih tanaman.

"Kami juga memerlukan koordinasi yang baik dengan yang lain (bea cukai dan imigrasi di perbatasan)," ucapnya.

Tantangan

Namun, persoalan tidak berhenti disitu. Masalah sumberdaya manusia jadi bagian yang krusial dalam upaya menangkal bioterorisme di perbatasan.

Saat ini, Badan Karantina Pertanian tidak punya cukup banyak SDM di perbatasan.

Di Stasiun Karantina Petikan Entikong, yang membawahi kantor karantina di 4 perbatasan misalnya, total pegawainya hanya 30 orang.

Kondisi itu membuat upaya pengawasan karantina hewan atau tanaman dibperbatasan Indonesia-Malaysia belum berjalan secara efektif. 

Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Entikong Faisyal Noer bahkan bercerita ada pegawainya yang dikeroyok para sopir truk yang akan membawa sapi ke Malaysia tanpa mengantongi izin.

Selain itu, kekurangan personil di perbatasan juga membuat para pegawai harus rela merangkap tugas yang sebenarnya bukan pekerjaannya.

Banun sendiri sudah meminta dukungan DPR untuk membuka penerimaan baru  pegawai Badan Karantina Pertanian yang dimoratorium sejak beberapa tahun lalu.

Selain itu, pemberian insiatif kepada pegawai di perbatasan juga diprioritaskan Para pegawai karantina di perbatasan tidak mendapatkan insentif khusus apapun, hanya tunjangan kinerja seperti pegawai negeri sipil (PNS) lainnya.

Sistem penggajian pun tetap berdasarkan golongan. Di sisi lain, beban biaya kehidupan di perbatasan terbilang tinggi.

Belum lagi ada tanggung jawab menafkahi anak dan istri yang ditinggal di luar daerah.

Di luar itu, para pegawai karantina di perbatasan juga memiliki tantangan berat terutama dalam upaya mengedukasi masyarakat akan pentingnya pemeriksaan karantina terhadap komoditas pertanian yang masuk dari perbatasan.

Bukan tidak mungkin, komoditas pertanian yang berasal dari Malaysia mengandung penyakit atau bakteri yang bisa membahayakan kesehatan masyakarat di perbatasan itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com