Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Perbankan Makin Terkonsolidasi

Kompas.com - 17/03/2017, 09:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorM Fajar Marta

Dalam beberapa tahun terakhir, industri perbankan makin terkonsolidasi.  Fenomena tersebut tidak hanya tampak pada jumlah bank umum yang terus berkurang, tetapi juga pada bisnis perbankan yang cenderung makin terkonsentrasi pada bank-bank besar dan menengah.

Data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan jumlah bank umum terus menyusut dari 119 bank pada akhir 2014 menjadi 116 bank pada akhir 2016. Jumlah bank menyusut karena terjadi akuisisi dan merger terhadap bank-bank kecil oleh bank-bank yang lebih besar.

Pada era digital saat ini, daya saing bank-bank kecil pun makin menurun. Masyarakat lebih memilih bank-bank menengah besar untuk menaruh simpanan atau mengajukan kredit. Alasannya, bank-bank menengah besar dianggap lebih aman dan memberikan bunga kredit yang lebih murah.

Buktinya, bisnis perbankan cenderung makin terkonsentrasi pada bank menengah besar, terutama bank yang masuk kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 3 dan 4. BUKU 3 adalah bank dengan modal inti Rp 5 – 30 triliun, sementara BUKU 4 merupakan bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.

Jumlah BUKU 3 dan 4 sebanyak 28 bank. Dengan demikian, 88 bank lainnya merupakan BUKU 1 dan BUKU 2 dengan masing-masing modal inti kurang dari Rp 1 triliun dan Rp 1 – 5 triliun.

Pada akhir 2014, porsi aset BUKU 3 dan 4 terhadap total aset perbankan sebesar 75,52 persen. Namun pada akhir 2016, porsinya membesar menjadi 82,18 persen.

Konsentrasi juga terjadi pada penghimpunan dan penyaluran kredit. Porsi dana pihak ketiga (DPK) BUKU 3 dan 4 meningkat dari 77,57 persen pada akhir 2014 menjadi 82,44 persen pada akhir 2016. Adapun porsi kredit naik dari 75,73 persen menjadi 81,61 persen.

Kondisi ini secara alami akan menyebabkan bank-bank kecil makin terdesak. Jika ingin bertahan, bank-bank kecil harus meningkatkan modalnya atau bergabung (merger) dengan bank yang lebih besar.

Keberadaan finansial teknologi (fintek) makin mempersempit ruang gerak bank-bank kecil. Dengan kelincahannya, fintek banyak menggerus pasar bank-bank kecil seperti UMKM dan personal yang ingin mendapatkan kredit dengan mudah dan cepat.

Bagi industri perbankan nasional, konsolidasi merupakan hal yang positif. Semakin sedikit jumlah bank, semakin efisien industri perbankan nasional. Jika konsolidasi terus berlangsung, maka akan semakin banyak bank-bank besar nasional yang bisa bersaing di kawasan regional antar negara.

 

Kompas TV Jumlah penyaluran kredit perbankan tahun ini diprediksi tumbuh 8,5 %. Salah satu kredit yang akan bergairah adalah sektor otomotif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghitung pertumbuhan kredit bakal tembus di atas 8,5 % pada tahun 201. Suku bunga yang landai diprediksi menjadi alasannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com