Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Turun, PT Pelni Lirik Pasar Pariwisata dan Logistik

Kompas.com - 17/06/2017, 21:27 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) sudah beberapa tahun belakangan ini menyasar segmen selain angkutan orang yakni pariwisata dan logistik.

Hal tersebut dilakukan, lantaran pendapatan Pelni terus menurun dari angkutan orang pada sekitar 90 pelabuhan se-Indonesia.

"Trennya menurun karena ada bandara dan lainnya. Dari sisi penanganan lebih enak. Tapi dari sisi pendapatan turun," kata Direktur Utama PT Pelni Elfien Guntoro di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (17/6/2017).

Pelni melihat pasar pariwisata dan logistik tersebut cukup potensial sebagai bisnis masa depan. Untuk pasar pariwisata sudah dirintis sejak 2014 lalu sedangkan untuk logistik barang dirintis pada 2015.

"Kita buka bisnis baru di barang dan jasa. Ini yang harus kita jalani sebagai bisnis masa depan. Sudah jalan dan prospeknya bagus," kata dia.

Elfien berujar, pihaknya sedang mencoba merubah mindset publik yang hanya melihat PT Pelni sebagai operator angkutan orang. Padahal, kata dia, PT Pelni saat ini tak hanya menjalankan bisnis tersebut.

"Kita ada paket wisata, lifestyle. Kita ada paket barang. Makanya kita coba ubah mindset. Orang naik kapal Pelni tak hanya sampai tujuan saja. Tapi sekarang harus juga memperhatikan sisi lifestyle, ada nilai tambah," ujar dia.

Meski dua pasar baru PT Pelni itu baru diminati oleh korporasi dan kelompok tertentu ke daerah-daerah tertentu namun, keuntungannya dinilai cukup menjanjikan.

"Ada korporate. Ada rombongan kelompok. Wilayah yang jadi primadona banyak. Karimun Jawa rutin, Raja Ampat juga. Memang kita kluster masuk ke daerah-daerah wisata," kata Elfien.

"Tahun lalu kita masih dapat 3 persen dari keuntungan untuk wisata. Tahun ini mudah-mudahan 5-10 persen bisa dapat dari wisata. Kalau barang semoga bisa 10-15 persen," tambah dia.

Guna mendukung bisnis baru di dua pasar tersebut. PT Pelni, telah mendatangkan satu kapal barang berkapasitas 520 TEUs dari Turki pada November tahun lalu. Kapal tersebut didatangkan dengan nilai sebesar Rp 62 miliar.

Dana tersebut didapat dari Penyertaan Modal Negara (PMN) 2015. Lima kapal barang lagi rencananya juga akan didatangkan dengan nilai Rp 500 miliar dari anggaran PMN. 

"Nah makanya dari situ kita harus mengatur supaya kita dikasih pagu (PMN). Tapi kita juga tidak ingin terlalu membebani pemerintah," kata Elfien.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Michael Wattimena menganggap menurunnya jumlah penumpang dan beralihnya PT Pelni ke pasar lain adalah hal yang biasa.

"Itu dinamika industri tranportasi. Ini juga tidak mengganggu, volume dari penumpang yang ada," kata Michael.

PT Pelni memprediksi jumlah pemudik yang menggunakan kapal laut turun dua persen tahun ini. Penurunan itu akibat sejumlah faktor seperti banyaknya bandara yang baru dibuka di sejumlah daerah di Tanah Air.

Faktor lainnya adalah pendapatan masyarakat yang menurun. Di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kaltim misalnya, turunnya pengguna jasa pelayaran merupakan imbas dari lesunya usaha perkebunan dan batu bara di kawasan tersebut.

Selama arus mudik dan arus balik lebaran 1438 Hijriyah, PT Pelni diperkirakan mengangkut 557.687 penumpang. Untuk itu, perseroan bakal mengoperasikan 26 kapal trayek Nusantara dan 46 kapal perintis.

Target jumlah pemudik yang diangkut PT Pelni tersebut lebih rendah dibanding tahun lalu yang sebanyak 568.739 pemudik. Bahkan di tahun 2015 Pelni mengangkut 683.793 pemudik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com