Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja Positif, Analis Prediksi Saham Bank Ini Masih Laris

Kompas.com - 09/06/2020, 11:41 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) masih diburu investor.

Pada penutupan perdagangan Senin (8/6/2020), saham BTN naik 11,37 persen ke level Rp 1.175 per saham. Adapun volume perdagangan mencapai 3,4 juta lembar saham dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 400 miliar.

Jika dihitung sejak penutupan pada 29 Mei 2020, saham BTN telah naik 54 persen hingga saat ini.

Baca juga: Saham BTN Terdongkrak Tapera?

Analis Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja memperkirakan, harga saham BTN bisa mencapai Rp 1.350. Hal ini didukung oleh kinerja bisnis BTN, khususnya di segmen KPR Subsidi masih terus tumbuh.

Terlebih karena adanya tambahan kuota dari Subsidi Selisih Bunga (SSB) sebagai salah satu kebijakan ekonomi pemerintah di tengah pandemi Covid-19.

“Penambahan ini akan membantu NIM BBTN lebih baik,” kata Tjandra di Jakarta, Selasa (9/6/2020).

Sementara itu, analis Ciptadana Securities Erni Marsella Siahaan menyatakan, saham BTN masih layak dikoleksi karena potensi peningkatan Net Interest Margin (NIM) atau margin bunga bersih pada semester II 2020.

Baca juga: Ada Tapera, Penyaluran KPR BTN Bisa Makin Kencang

“BBTN akan meraih tambahan likuiditas karena pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) , sehingga NIM bisa naik dengan cost of fund yang makin rendah karena tambahan kuota dari skema Subsidi Selisih Bunga (SSB),” terang Eni dalam laporan risetnya.

Eni mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 1.275 per saham. Adapun saham BBTN saat ini masih diperdagangkan cukup murah dengan Price to Book Value atau PBV 0,5 kali lebih rendah dari rata-rata PBV saat ini di 1,1 kali.

“Perubahan target price karena perubahan asumsi NIM, dan biaya kredit,” terang Eni.

Adapun BTN Winang Budoyo menilai kenaikan harga saham perseroan membuktikan kepercayaan investor yang cukup besar terhadap kinerja perseroan.

"Selain itu kehadiran Tapera juga direspon positif pasar dengan mengoleksi saham BBTN," ucap Winang.

 

Menurut Winang, dengan backlog yang masih cukup besar, pada dasarnya permintaan akan rumah masih tinggi, terutama untuk perumahan subsidi.

Dia menjelaskan, adanya Tapera akan membuat pembiayaan program perumahan subsidi semakin stabil, jumlahnya berpotensi semakin besar dan tidak akan lagi tergantung pada APBN.

Dengan kontribusi BTN terhadap KPR Subsidi yang lebih dari 90 persen, terang Winang, pasar percaya penyaluran dana Tapera akan sebagian besar melalui BTN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara transfer BCA ke blu by BCA Digital lewat ATM dan m-Banking

Cara transfer BCA ke blu by BCA Digital lewat ATM dan m-Banking

Spend Smart
OJK Rilis Pedoman Produk Pembiayaan Musyarakah bagi BPR Syariah

OJK Rilis Pedoman Produk Pembiayaan Musyarakah bagi BPR Syariah

Whats New
Syarat dan Cara Ganti Kartu ATM BRI Kedaluarsa di Kantor Cabang

Syarat dan Cara Ganti Kartu ATM BRI Kedaluarsa di Kantor Cabang

Whats New
Bank Artha Graha Sediakan QRIS untuk Pembayaran di Kemala Run 2024

Bank Artha Graha Sediakan QRIS untuk Pembayaran di Kemala Run 2024

Whats New
Integrasi Infrastruktur Berlanjut, PGN Tingkatkan Aliran Gas Bumi hingga 48 BBTUD ke Jateng

Integrasi Infrastruktur Berlanjut, PGN Tingkatkan Aliran Gas Bumi hingga 48 BBTUD ke Jateng

Whats New
Kontrak PT Pindad Tumbuh 24,7 Persen pada 2024

Kontrak PT Pindad Tumbuh 24,7 Persen pada 2024

Whats New
Lelang 7 Seri SBSN, Pemerintah Kantongi Rp 10 Triliun

Lelang 7 Seri SBSN, Pemerintah Kantongi Rp 10 Triliun

Whats New
OJK Terbitkan Pedoman Kerja Sama BPR Syariah dan Fintech Financing

OJK Terbitkan Pedoman Kerja Sama BPR Syariah dan Fintech Financing

Whats New
Luhut soal Ormas Kelola Tambang: Bisa Konflik Kepentingan jika Enggak Diawasi

Luhut soal Ormas Kelola Tambang: Bisa Konflik Kepentingan jika Enggak Diawasi

Whats New
Luhut Sebut Sempat Kesal Tak Bisa Ambil Keputusan soal Kepala Otorita IKN Mundur

Luhut Sebut Sempat Kesal Tak Bisa Ambil Keputusan soal Kepala Otorita IKN Mundur

Whats New
Inflasi Tinggi Dorong Pensiunan untuk Kembali ke Dunia Kerja

Inflasi Tinggi Dorong Pensiunan untuk Kembali ke Dunia Kerja

Whats New
Soal China Investasi Pabrik Semen di Aceh, Kemenperin Sayangkan Pemkab Tak Koordinasi dengan Pusat

Soal China Investasi Pabrik Semen di Aceh, Kemenperin Sayangkan Pemkab Tak Koordinasi dengan Pusat

Whats New
KAI Ungkap Alasan Tak Langsung Terapkan Tarif Normal ke LRT Jabodebek

KAI Ungkap Alasan Tak Langsung Terapkan Tarif Normal ke LRT Jabodebek

Whats New
Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI

Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI

Whats New
Bank Muamalat Bidik Pertumbuhan Tabungan Haji 15 Persen Sepanjang 2024

Bank Muamalat Bidik Pertumbuhan Tabungan Haji 15 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com