Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awali Pekan, IHSG dan Rupiah Bergerak di Zona Merah

Kompas.com - 11/09/2023, 09:30 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (11/9/2023). 

Melansir data RTI, pukul 9.17 WIB, IHSG berada pada level 6.910,59 atau turun 0,2 persen (14,1 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.924,78.

Sebanyak 220 saham melaju di zona hijau dan 186 saham di zona merah. Sedangkan 228 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,15 triliun dengan volume 2,3 miliar saham.

Baca juga: Kembali Ditutup Turun, IHSG Makin Jauhi Level 7.000

Founder WH Project William Hartanto mengatakan, secara teknikal indikator MACD dead cross, di sini terindikasi pelemahan, ini bertepatan dengan terbentuknya resistance 7.000. Ini menjadi indikasi pelemahan yang terjadi hanya karena kegagalan menembus resistance saja, dengan kata lain belum membawa IHSG menjadi downtrend.

“Fokus kami masih pada saham-saham big caps yang memberikan peluang buy on weakness. Namun pembelian itu sendiri mungkin bisa menunggu pada pekan kedua hingga ketiga bulan ini. Memperhatikan faktor tersebut, hari ini kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah dalam range 6900 – 7.000,” kata William dalam analisisnya.

Pasar saham Asia pagi ini bergerak mixed. Indeks Komposit Shanghai China menguat 0,26 persen (7,9 poin) di posisi 3.124,71, dan Strait Times berada pada level 3.209,29 atau bertambah 0,05 persen (1,5 poin). Sementara itu, Nikkei Jepang melemah 0,23 persen (75 poin) pada level 32.531,8, dan Hang Seng Hong Kong terkoreksi 1,18 persen (214,4 poin) pada posisi 17.987,67.

Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 09.09 WIB rupiah berada pada level Rp 15.357 per dollar AS, atau turun 30 poin (0,19 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.328 per dollar AS.

Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, meskipun rupiah melemah di awal sesi, namun mata uang regional lainnya menguat pagi ini. Hal ini dipicu oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral Jepang di akhir pekan yang berencana menghentikan kebijakan suku bunga negatif dalam waktu dekat sehingga mendorong penguatan yen Jepang terhadap dollar AS.

“Di pembukaan perdagangan pagi ini, mata uang regional terlihat menguat terhadap dollar AS. Dollar AS terlihat melemah terhadap nilai tukar utama dunia seperti euro dan poundsterling. Dollar kemungkinan berkonsolidasi setelah menguat di pekan kemarin sambil menunggu data inflasi baru AS yang akan dirilis di Rabu dan Kamis,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bisa bergerak menguat pada level Rp 15.300 per dollar AS sampai dengan Rp 15.330 per dollar AS.

Baca juga: IHSG Diprediksi Melemah di Awal Pekan, Ini Rekomendasi Sahamnya

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Tarif Listrik Setelah Juni 2024 Bakal Naik? Ini Kata Kementerian ESDM

Tarif Listrik Setelah Juni 2024 Bakal Naik? Ini Kata Kementerian ESDM

Whats New
Kekhawatiran Ekonomi Bebani Investor, Dow Jones Turun Lebih dari 115,2 Poin

Kekhawatiran Ekonomi Bebani Investor, Dow Jones Turun Lebih dari 115,2 Poin

Whats New
Mengintip Peluang Usaha Nasi Goreng, Berapa Modal dan Keuntungannya?

Mengintip Peluang Usaha Nasi Goreng, Berapa Modal dan Keuntungannya?

Smartpreneur
Anggaran Subsidi Listrik 2025 Diprediksi Rp 88 Triliun, Naik Rp 15 Triliun

Anggaran Subsidi Listrik 2025 Diprediksi Rp 88 Triliun, Naik Rp 15 Triliun

Whats New
Ada 'Jamu Manis', BI Pede Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 12 Persen

Ada "Jamu Manis", BI Pede Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 12 Persen

Whats New
Cara Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan via Lapak Asik

Cara Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan via Lapak Asik

Whats New
Cara Bayar Cicilan KPR BTN via Aplikasi dan ATM

Cara Bayar Cicilan KPR BTN via Aplikasi dan ATM

Spend Smart
Bank Neo Commerce Berhasil Membalik Rugi Jadi Laba pada Kuartal I-2024

Bank Neo Commerce Berhasil Membalik Rugi Jadi Laba pada Kuartal I-2024

Whats New
Tembus Pasar Global, Aprindo Gandeng Anak Usaha Garuda Indonesia

Tembus Pasar Global, Aprindo Gandeng Anak Usaha Garuda Indonesia

Whats New
Cara Ganti Kartu ATM BRI 'Expired' lewat Digital CS

Cara Ganti Kartu ATM BRI "Expired" lewat Digital CS

Whats New
Pemkab Gencarkan Pasar Murah, Inflasi di Lebak Turun Jadi 2,1 Persen Per Mei 2024

Pemkab Gencarkan Pasar Murah, Inflasi di Lebak Turun Jadi 2,1 Persen Per Mei 2024

Whats New
Mendag Ogah Revisi Permendag 8/2024, Asosiasi Pertekstilan: UU Pemilu Saja Bisa Diganti...

Mendag Ogah Revisi Permendag 8/2024, Asosiasi Pertekstilan: UU Pemilu Saja Bisa Diganti...

Whats New
Pemerintah Pakai Produk Semen Rendah Emisi Karbon untuk Bangun IKN

Pemerintah Pakai Produk Semen Rendah Emisi Karbon untuk Bangun IKN

Whats New
Tahun Ini, Emiten Beras NASI Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 618 Persen

Tahun Ini, Emiten Beras NASI Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 618 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com