JAKARTA, KOMPAS.com - Laju indeks harga belanja personal atau inflasi PCE inti Amerika Serikat (AS) tercatat semakin melandai. Data ini pun berimplikasi terhadap pergerakan aset kripto.
Tercatat inflasi PCE pada Mei lalu sebesar 2,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Secara bulanan (month to month/mtm) laju inflasi PCE hanya mencapai 0,1 persen, inflasi bulanan terendah sejak November 2023.
Rilis data itu pun sempat menjadi sentimen positif bagi Bitcoin. Aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu sempat menguat hingga 6 persen ke kisaran level 63.500 dollar AS per keping pada 2 Juli lalu, setelah melemah beberapa pekan sebelumnya.
Meskipun demikian, pada Rabu (3/7/2024) sore hari ini, Bitcoin terpantau kembali melemah. Pada pukul 18.00 WIB, Bitcoin terkoreksi sekitar 3,75 persen dalam kurun waktu 24 jam terakhir ke level 60.233 dollar AS per keping.
Baca juga: Pintu Hadirkan Platform untuk Trader Kripto Pro
Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan dinamika yang terjadi akhir-akhir ini semakin menyoroti pengaruh perkembangan situasi ekonomi AS terhadap pasar kripto. Arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve, masih akan menjadi penentu arah pergerakan kripto.
"Upaya The Fed untuk mencapai 'soft landing' pada ekonomi pasca pelonggaran besar-besaran imbas pandemi Covid-19 terlihat telah memasuki babak akhir," kata dia, dalam keterangannya, Rabu.
Lebih lanjut ia bilang, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS sebesar 1,4 persen pada kuartal, dampak inflasi terhadap aktivitas ekonomi di Negeri Paman Sam dapat dikatakan masih berada pada kadar yang normal.
Baca juga: Kebijakan Hong Kong terkait Web3 dan Kripto Diharapkan Menular ke RI
Hal ini dapat turut menjadi faktor fundamental untuk mendukung skenario di mana suku bunga tidak diturunkan karena kondisi ekonomi secara umum dinilai telah membaik.
"Meskipun pasar merespon dengan cukup positif perkembangan tersebut, langkah The Fed selanjutnya kemungkinan besar masih akan bergantung pada data inflasi lebih lanjut dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni," tutur Fahmi.
"Sehingga koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi," sambungnya.
Baca juga: Volume Perdagangan Kripto di Indodax Tembus Rp 29 Triliun, Pengguna 6,7 Juta Orang
Walaupun masih perlu menanti perkembangan data selanjutnya, membaiknya inflasi Amerika Serikat turut menggambarkan potensi positif bagi investor untuk masuk ke instrumen aset berisiko, seperti kripto. Sebab, data itu menjadi salah satu pertimbangan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya pada pertemuan bulanan mendatang.
"Namun, dengan dinamika yang sangat tinggi di pasar kripto, investor perlu berhati-hati dan selalu membuat keputusan investasi dengan bijak," ucap Fahmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.