Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Ungkap Perbedaan AS dan RI dalam Mengatasi Inflasi dan Tren Suku Bunga Tinggi

Kompas.com - 04/07/2024, 08:10 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, dalam membuat kebijakan pihaknya memperhatikan dan concern kepada beberapa faktor. Hal ini diperlukan ketika RI dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi, indeks dollar AS yang masih mungkin meningkat, dan tren suku bunga higher for longer.

“Proses disinflasi khususnya di negara maju, itu sangat lambat. Ini berbeda dengan Indonesia, karena (dalam mengatasi inflasi tinggi) kita melihat sumbernya dari mana,” kata Destry di Jakarta, Rabu (3/6/2024).

Destry mengatakan, BI memiliki bauran kebijakan yang dilakukan dalam menghadapi masalah inflasi. Hal ini berbeda dengan AS yang ketika melihat inflasi tinggi tidak berani menurunkan suku bunga, walaupun data ekonomi bagus.

Saat ini, sentimen suku bunga The Fed menjadi salah satu katalis di market global. Ketua The Fed Jerome Powell awal pekan ini mengatakan bahwa inflasi sudah menunjukkan tanda-tanda kemajuan, namun pihaknya masih belum siap untuk menurunkan suku bunga.

“(Kemarin) pagi kami melihat bahwa Jerome Powell membuat pengumuman. Kita selalu melihat dan mengikuti statement dari mereka yang berpengaruh di pasar, seperti The Fed. Itu sedikit banyak mempengaruhi kebijakan kita,” ujarnya.

Baca juga: BI Ungkap 3 Jurus Dorong Sektor Keuangan Syariah di Indonesia

Destry mengatakan, bauran kebijakan yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia dalam menghadapi inflasi, tidak melulu melakukan kenaikan suku bunga. Kalaupun melakukan kenaikan suku bunga, BI akan mengimbanginya dengan bauran kebijakan lainnya.

“Kalau inflasi tinggi, enggak berarti suku bunga kita naikkan langsung. Sejauh ini BI dalam 2 tahun terakhir menaikkan suku bunga dari 3,5 persen, sekarang menjadi 6,25 persen. Sementara di AS mereka naikkan 500 bps, dan di beberapa negara juga naik 400-an bps,” jelas dia.

“Kalau kita, mengimbangi dengan kebijakan lain, seperti makroprudensial termasuk bauran kebijakan sistem pembayaran. Untuk stabilitas, kita juga menghadapi inflasi tinggi di sisi lain kita harus tumbuh ekonominya,” tambah dia.

Destry menjelaskan, jika BI merespons inflasi dengan kenaikan suku bunga, maka kenaikan suku bunga saat ini akan lebih dari 275 bps.

“Kami tidak melakukan itu , karena kami tau inflasi ini sumbernya dari mana, yaitu supply side, jadi harus ditangani bagaimana meningkatkan produksi dan memperbaiki supply,” ungkap dia

Baca juga: Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

 


Di sisi lain, Destry menegaskan bahwa BI tidak bisa bergerak sendiri dan harus bersinergi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, OJK, LPS dan lain sebagainya dalam mengahdapi isu-isu yang dialami di dalam negeri.

“Kebijakan moneter juga menjadi fokus kami, apalagi kalau bicara pasar uang, pasar valas , pasar saham, dan pasar obligasi. Itu adalah pintu pertama yang mencerminkan gejolak di luar. Kalau kita tidak punya ketahanan yang cukup nanti rembetannya bisa masuk sektor riil dan sebagainya,” jelas Destry.

Destry menjelaskan saat ini inflasi lebih bisa ditangani dimana Juli kemarin inflasi berada di level 2,5 persen (masuk range BI (2,5 +-1 persen). Dia bilang, saat ini masalah volatile food sudah bisa terkendali dan Indonesia sudah bisa menambah supply untuk kebutuhan seperti beras, dan cabai dan sebagainya.

“Sekarang pekerjaan rumahnya adalah bagaimana kita memiliki pasar uang yang stabil, harus ada pendalaman pasar keuangan itu, apakah itu pasar rupiah ataupun pasar valas,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Top Up Saldo GoPay Lewat BCA

Cara Top Up Saldo GoPay Lewat BCA

Work Smart
Pentingnya Penguatan Petani untuk Swasembada Gula

Pentingnya Penguatan Petani untuk Swasembada Gula

Whats New
KPPU Dorong Pemerintahan Prabowo-Gibran Alihkan Subsidi LPG ke Pembangunan Jargas Kota

KPPU Dorong Pemerintahan Prabowo-Gibran Alihkan Subsidi LPG ke Pembangunan Jargas Kota

Whats New
BSI Buka Layanan 'Weekend Banking' di 540 Kantor Cabang Selama Juli 2024

BSI Buka Layanan "Weekend Banking" di 540 Kantor Cabang Selama Juli 2024

Whats New
 425.000 Tiket Kereta Api Telah Terjual Selama Libur Sekolah, Ini Rute Favoritnya

425.000 Tiket Kereta Api Telah Terjual Selama Libur Sekolah, Ini Rute Favoritnya

Whats New
Blibli Hadirkan Super Sale 7.7, Ada Diskon hingga 90 Persen

Blibli Hadirkan Super Sale 7.7, Ada Diskon hingga 90 Persen

Spend Smart
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 70

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 70

Whats New
Unggah Poster Korupsi Adalah Maut, Kementan Ungkap Alasannya

Unggah Poster Korupsi Adalah Maut, Kementan Ungkap Alasannya

Whats New
PUPR Targetkan Pemasangan Bilah Garuda Kantor Presiden di IKN Rampung Pekan Depan

PUPR Targetkan Pemasangan Bilah Garuda Kantor Presiden di IKN Rampung Pekan Depan

Whats New
BRI Buka Lowongan Kerja hingga 14 Juli 2024, 'Fresh Graduate' Bisa Daftar

BRI Buka Lowongan Kerja hingga 14 Juli 2024, "Fresh Graduate" Bisa Daftar

Work Smart
Waspada Penipuan Mengatasnamakan Bea Cukai, Kenali Modusnya

Waspada Penipuan Mengatasnamakan Bea Cukai, Kenali Modusnya

Whats New
China Dianggap jadi Mitra Terpenting Indonesia, Luhut: Kami Ingin Memastikan Hubungan Baik Terus Saling Percaya..

China Dianggap jadi Mitra Terpenting Indonesia, Luhut: Kami Ingin Memastikan Hubungan Baik Terus Saling Percaya..

Whats New
Bidik Pasar Sumatera Selatan, Supertex Tawarkan Ragam Kain bagi Pencinta Tekstil

Bidik Pasar Sumatera Selatan, Supertex Tawarkan Ragam Kain bagi Pencinta Tekstil

Rilis
Pembangunan Runway Bandara VVIP IKN Baru 60 Persen, PUPR Lakukan Modifikasi Cuaca

Pembangunan Runway Bandara VVIP IKN Baru 60 Persen, PUPR Lakukan Modifikasi Cuaca

Whats New
Influencer yang Gagal Kelola Dana Rp 71 Miliar Diminta Hentikan Kegiatan dan Kembalikan Dana Investor

Influencer yang Gagal Kelola Dana Rp 71 Miliar Diminta Hentikan Kegiatan dan Kembalikan Dana Investor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com