KOMPAS.com - Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sudarto mengatakan, jaminan sosial merupakan salah satu cara agar pekerja dapat merasakan hidup layak di masa tua.
Hal itu ia sampaikan dalam sesi diskusi pada ajang Social Security Summit 2024 di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Oleh karena itu, program Jaminan Hari Tua (JHT) menjadi hal yang mutlak dimiliki para pekerja saat masih aktif bekerja dan memperoleh pendapatan.
"Kita melewati siklus kehidupan, mulai dari sekolah, setelah sekolah, bekerja, dan setelah bekerja. Setelah bekerja itu seharusnya tidak cemas karena ada jaminan sosial," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (27/11/2024).
Sudarto menyebutkan bahwa saat ini, masyarakat yang mengikuti jaminan pensiun hanya sekitar 14 juta. Kemudian, peserta JHT hanya sekitar 16 juta dari total 140-145 juta pekerja Indonesia.
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan dan Budaya Gotong Royong, Secercah Harapan bagi Generasi Sandwich Indonesia
“Ini yang jadi perhatian kami. Jangan sampai teman-teman begitu pensiun dapetnya bantuan sosial (bansos) yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," jelasnya.
Oleh karena itu, Sudarto mendorong skema yang tepat guna mempercepat perluasan kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
Pasalnya, peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan hingga Oktober 2024 baru mencapai 40,83 juta, sedangkan jumlah pekerja formal dan informal sekitar 150 juta.
Hal senada juga menjadi perhatian Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) I Gede Dewa Karma Wisana.
Gede menegaskan pentingnya dividen atau pendapatan untuk di masa tua. Menurutnya, ketika pekerja memasuki lanjut usia (lansia), jumlah pengeluaran akan jauh lebih besar daripada pendapatan.
Dengan begitu, JHT menjadi solusi penting agar tetap pekerja tetap hidup layak dan cukup meski sudah tak produktif lagi.
Baca juga: Memutus Rantai Generasi Sandwich, BPJS Ketenagakerjaan Bisa Jadi Solusi
"Kami di demografi sangat peduli soal siklus hidup. Kami perlu memikirkan dividennya, perlu menyiapkan dividen dari bonus demografi yang ada," ujarnya.
Gede turut mendorong para pekerja yang masih produktif dan punya pendapatan untuk mempersiapkan di hari tua, salah satunya melalui JHT.
"Jadi, kami berencana menyiapkan strategi agar penduduk yang sekarang produktif tidak hanya memiliki pendapatan yang cukup dan hidup layak, tetapi juga mampu menyiapkan hari tua,” katanya.
Dengan begitu, kata dia, konsumsi mereka bisa mencukupi lewat pendapatan atau income dari investasi yang sudah dikumpulkan saat masih muda.