Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pemerintah Tetap Berikan Subsidi ke KRL

Kompas.com - 06/04/2019, 11:35 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber Antara

BOGOR, KOMPAS.com - Pemerintah akan tetap memberikan subsidi pelayanan publik (PSO) kepada kereta perkotaan, termasuk kereta rel listrik (KRL). Hal ini  untuk mendorong masyarakat agar pindah dari angkutan pribadi ke angkutan massal.

“Kalau angkutan kota lebih banyak kebijakan ekonomi mengatasi kemacetan, kalau kita lepaskan subsidi (kereta perkotaan) mungkin (masyarakat) akan kembali ke motor,” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri saat mendampingi kunjungan kerja Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dari Bogor hingga Sukabumi,  Jawa Barat, Jumat (5/4/2019).

Besaran subsidi yang digelontorkan kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk kereta perkotaan tahun 2019, mencapai Rp 2,3 triliun. Dari jumlah itu Rp 1,6 triliun di antaranya untuk subsidi penumpang KRL.

Zulfikri menyebut, besaran subsidi tersebut untuk menutupi kerugian yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbas dari kemacetan yang ditaksir sekitar Rp 65 triliun.

Baca juga: Pembeli Rumah Pertama Cenderung Pilih Lokasi Dekat Stasiun KRL

“Kami berikan subsidi besar di sini, agar ada shifting (peralihan) ke angkutan publik yang lebih efisien, apa yang diperoleh pemerintah adalah nilai keekonomian,” ucapnya.

Hal tersebut berbeda dengan tarif kereta jarak jauh yang tidak mendapatkan subsidi karena sudah dikaji dengan kemampuan atau daya beli masyarakat.

“Coba kalau tarif KRL Rp10.000, orang balik lagi ke motor,” ujar dia.

Namun Zulfikri mengakui bahwa untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan, KCI mesti digenjot dari sisi komersial, karena itu ia tengah mencari cara untuk skema subsidi yang lebih tepat sasaran.

“Bagaimana metode-metode supaya subsidi tepat sasaran, seperti listrik per kwh-nya berbeda antara rumah sederhana dengan rumah-rumah yang bagus. Sekarang kami bereskan dulu time table perjalanan KRL karena masih ada antrean,” katanya.

Terkait gangguan KRL, Zulfikri mengatakan saat ini memang perjalanan KRL sudah mencapai tingkat yang maksimal, yakni 938 perjalanan per hari.

Baca juga: Menhub Ingin Pangkas Jarak Antar KRL Jadi 2 Menit

Untuk itu, lanjut dia, diperlukan perawatan yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan seperti rel, persinyalan, dan listrik aliran atas.

Selain itu juga prasarana KRL yang saat ini usianya sudah cukup tua dan perlu dilakukan peremajaan.

“Kami lihat mungkin karena tidak lakukan perawatan lebih baik,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com