Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kajian Prakarsa: Penduduk Miskin Indonesia Terus Turun dalam 4 Tahun Terakhir

Kompas.com - 11/04/2019, 17:37 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren jumlah penduduk miskin multidimensi di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam empat tahun terakhir dibandingkan dengan periode 2012-2014.

Demikian Perkumpulan Prakarsa, sebuah lembaga kajian di bidang kebijakan fiskal, kebijakan sosial, dan pembangunan berkelanjutan, yang mengukur Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) untuk periode 2015-2018.

Mereka menggunakan metode Alkire-Foster dan berbasis data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dalam kurun 2015-2018 dengan cara menghitung deprivasi pada dimensi kesehatan, pendidikan dan standar hidup.

"Hasil IKM 2015-2018 menunjukkan bahwa intervensi pemerintah dalam berbagai program dan kebijakan yang terkait langsung dengan upaya penurunan angka kemiskinan maupun yang tidak terkait langsung dengan upaya penurunan kemiskinan, terbukti cukup berhasil, meskipun di Papua, NTT dan Papua Barat nilai indeks kemiskinan multidimensi masih cukup tinggi," ujar Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa, Ah Maftuchan dalam ketetangan tertulis, Kamis (11/4/2019).

Baca juga: Ini 10 Negara Termiskin dan Terbahaya di Dunia

Pada 2015, ada 34 juta orang penduduk miskin, pada 2016 ada 30 juta orang, pada 2017 ada 24,9 juta orang, dan pada 2018 ada 21,5 juta orang atau hanya sekitar 8,17 persen.

Maftuchan mengatakan, turunnya angka kemiskinan multidimensi sejalan dengan turunnya angka kemiskinan moneter. Bahkan lebih rendah. Pada September 2018, angka kemiskinan moneter menunjukkan angka 25,67 juta orang atau 9,66 persen dari total penduduk Indonesia. Angka tersebut terendah sejak krisis moneter pada tahun 1998.

Hasil penghitungan IKM menunjukkan semua provinsi di Indonesia mengalami penurunan jumlah penduduk miskin multidimensi. Rasio penduduk miskin terbanyak terkonsentrasi di pedesaan.

Dalam kajian tersebut, karakteristik kemiskinan multidimensi dalam empat tahun terakhir didominasi masalah sanitasi, air minum tidak layak, dan bahan bakar memasak.

Termiskin

Berdasarkan wilayahnya, penduduk miskin multidimensi tertinggi pada 2018 tertinggi terdapat di Papua sebesar 60,56 persen, Nusa Tenggara Timur sebesar 35,64 persen dan Papua Barat sebesar 32,66 persen.

Sementara jumlah penduduk miskin multidimensi terendah pada tahun 2018 terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 2,17 persen, Yogyakarta sebesar 2,22 persen, dan Jawa Tengah 3,74 persen.

Maftuchan menekankan, daerah-daerah yang masih banyak terdapat penduduk miskin harus tetap menjadi prioritas program ke depan.

Baca juga: “Orang Miskin Itu Disiplin dalam Membayar Cicilannya..."

"Pemerintah perlu mengadopsi metode pengukuran kemiskinan multidimensi agar mampu melihat titik-titik rawan kemiskinan sehingga kebijakan penanggulangan kemiskinan makin efektif," kata Maftuchan.

Peneliti ekonomi Perkumpulan Prakarsa Rahmanda M Thaariq mengatakan, ada perbedaan mendasar antara pengukuran kemiskinan moneter dengan IKM. Angka kemiskinan moneter hanya mengukur pendapatan dan konsumsi.

"IKM mengukur dimensi yang lebih luas sehingga mampu memetakan akar kemiskinan melalui beberapa dimensi dan indikator yang mencerminkan kebutuhan dasar manusia sehingga dapat mendiagnosa problem kemiskinan lebih mendalam," kata Rahmanda.

Baca juga: Tepis Anggapan Indonesia Negara Miskin, Sri Mulyani Beberkan Fakta Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com