Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Teten Sebut Koperasi RI Sudah Jadul Bukan Main

Kompas.com - 28/11/2019, 16:32 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya pemerintah menjawab tantangan digitalisasi masih jadi hambatan bagi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).

Ini khususnya pembenahan pada Koperasi yang menurut Menkop UKM, Teten Masduki sangat sulit diubah.

"Soal digitalisasi ini menjadi sangat penting. Koperasi-koperasi kita sudah jadul bukan main. Saya menghadiri pertemuan dengan pengurus-pengurus koperasi, tua semua. Sudah nggak ada anak muda," ujarnya pada acara Indonesia Digital Conference (IDC), di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Padahal, lanjut Teten, Koperasi yang ada di luar negeri sangat produktif dan bahkan berkembang pesat dibanding Indonesia yang hanya sekadar wacana serta masih menerapkan sistem "jadul".

Baca juga: Menteri Koperasi dan UKM Panggil Bos Bukalapak, Bahas Apa?

"Di New Zealand, ada Fontera, koperasi susu. Kemudian, koperasi gandum di Australia itu gede banget. Kalau kita, koperasinya baru politik," ucapnya.

Koperasi yang ada di negara luar bahkan sudah menerapkan sistem digitalisasi. Sayangnya, di Indonesia hendak beralih pada sistem tersebut justru terganjal aturan. Namun, dirinya tetap berupaya agar Koperasi di Indonesia bisa berkembang.

"Di luar (negeri) sementara ada aplikasi koperasi. Begitu saya usulin itu, regulasinya susah. Karena keputusan koperasi itu harus keputusan anggota dan harus ditandatangani tandatangan basah. Itu nggak bisa saya bikin koperasi berbasis digital. Tapi, ini harus dilakukan. Koperasi berbasis produksi itu di dunia sangat kuat," ungkap Teten.

Walaupun terhambat regulasi, pihaknya tetap akan mengupayakan agar Koperasi di Indonesia mampu berkembang. Perubahan itu dimulai merekrut para milenial untuk mau mengubah Koperasi ke arah teknologi digital.

"Ini juga modernisasi koperasi harus dilakukan. Digitalisasi koperasi banyak yang simpan pinjam dan sebagainya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com