Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Asing Diprediksi Bakal Segera Banjiri Indonesia hingga Rp 140 Triliun, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 28/10/2020, 19:11 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Disahkannya Undang-undang Cipta Kerja, berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PABB) kedua di ibu kota Jakarta, serta membaiknya kinerja pasar keuangan domestik, modal, diproyeksikan mampu mendorong masuknya

Arus dana asing diperkirakan bakal kembali menyerbu Indonesia dalam dua bulan ke depan. Hal ini seiring dengan Disahkannya Undang-undang Cipta Kerja, berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PABB) kedua di ibu kota Jakarta, serta membaiknya kinerja pasar keuangan domestik.

Chief Economist Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan, pada tahun 2009 hingga tahun 2019 terjadi arus dana asing masuk antara Rp 30 sampai Rp 140 triliun per tahun ke pasar obligasi negara dengan rata-rata sekitar Rp 85 triliun per tahun.

Baca juga: Akibat Corona, Dana Asing Rp 143 Triliun Kabur dari Indonesia

“Artinya jika arus dana asing di tahun 2020 ini tercatat keluar Rp 109,5 triliun maka ada kemungkinan paling tidak akan ada arus dana asing masuk sebesar Rp 140 triliun dalam dua bulan ke depan atau setara dengan 10 miliar dollar AS. Perkiraan ini tampaknya bombastis tetapi didukung oleh data historis,” kata Adrian melalui siaran pers, Rabu (28/10/2020).

Dia menyebutkan, dana asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi domestik di bulan Oktober setelah sempat keluar di bulan September dan Agustus.

"Arus dana asing yang masuk pada obligasi negara di bulan Oktober hingga tanggal 22 mencapai total Rp 19,2 triliun, jauh lebih baik dibandingkan dengan dana asing keluar sebanyak Rp 8,8 triliun di bulan September dan Rp 3,8 triliun di bulan Agustus," sebutnya.

Sementara di pasar saham domestik dana asing masih keluar di bulan Oktober walaupun tidak lagi sebesar bulan-bulan sebelumnya. Arus dana asing pada pasar saham yang keluar di bulan Oktober hingga tanggal 23 mencapai Rp 3,9 triliun, jauh lebih sedikit dibandingkan arus dana keluar September yang sebesar Rp 15,6 triliun dan Rp 8,5 triliun pada Agustus.

Adapaun selisih yield obligasi pemerintah Indonesia dan obligasi Amerika Serikat lebih tebal pada tahun ini dibandingkan dengan 2021. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga lebih stabil sejak bulan Juli jika dibandingkan dengan periode Maret hingga Juni.

Sementara itu, neraca transaksi berjalan diperkirakan akan defisit 0,5 persen dari PDB di tahun 2020, atau lebih baik dari estimasi sebelumnya yaitu defisit 1,6 pesen dari PDB.

“Kami memperkirakan rata-rata yield obligasi 10 tahun pemerintah Indonesia akan turun ke kisaran 6,25 persen di kuartal empat 2020 dari perkiraan sebelumnya di kisaran 6,75 persen. Sehingga estimasi yield obligasi 10 tahun di tahun 2020 direvisi turun menjadi 6,9 persen dari sebelumnya 7,10 persen,” jelas dia.

Baca juga: Rp 3,40 Triliun Dana Asing Masuk ke Pasar SBN Pada 22-25 Juni 2020

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementan Buka Lowongan Kerja Jadi Pengawas Proyek, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kementan Buka Lowongan Kerja Jadi Pengawas Proyek, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Manual ke Matic, Bank Saqu Giatkan Kebiasaan Menabung melalui Fitur 'Tabungmatic' Pertama di Indonesia

Manual ke Matic, Bank Saqu Giatkan Kebiasaan Menabung melalui Fitur "Tabungmatic" Pertama di Indonesia

Whats New
Bank Saqu Ajak Nasabah Menabung dari Kembalian Transaksi QRIS

Bank Saqu Ajak Nasabah Menabung dari Kembalian Transaksi QRIS

Whats New
MedcoEnergi Tebar Dividen Rp 1,13 Triliun dari Laba 2023

MedcoEnergi Tebar Dividen Rp 1,13 Triliun dari Laba 2023

Whats New
Tarif Promo Berakhir, Ini Tarif Baru LRT Jabodebek Mulai 1 Juni 2024

Tarif Promo Berakhir, Ini Tarif Baru LRT Jabodebek Mulai 1 Juni 2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 31 Mei 2024, Harga Ikan Kembung dan Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 31 Mei 2024, Harga Ikan Kembung dan Ikan Tongkol Naik

Whats New
Ricuh soal Tapera, Wapres Ma'ruf Sebut Karena Kurang Sosialisasi

Ricuh soal Tapera, Wapres Ma'ruf Sebut Karena Kurang Sosialisasi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Apakah Program Tapera Menguntungkan bagi Bisnis Properti?

Apakah Program Tapera Menguntungkan bagi Bisnis Properti?

Whats New
Emiten Keamanan Siber ITSEC Asia Cetak Pendapatan Rp 208,76 Miliar Sepanjang 2023

Emiten Keamanan Siber ITSEC Asia Cetak Pendapatan Rp 208,76 Miliar Sepanjang 2023

Whats New
MRT Jakarta Kembali Beroperasi Normal Pagi Ini

MRT Jakarta Kembali Beroperasi Normal Pagi Ini

Whats New
Wall Street Jatuh, Terseret Saham Salesforce yang Anjlok 19,7 Persen

Wall Street Jatuh, Terseret Saham Salesforce yang Anjlok 19,7 Persen

Whats New
Tak Perlu Tapera, Pekerja Bisa Dapat Pembiayaan Rumah dari BPJS Ketenagakerjaan

Tak Perlu Tapera, Pekerja Bisa Dapat Pembiayaan Rumah dari BPJS Ketenagakerjaan

Whats New
Saat Wakil Presiden Meresmikan Gedung Landmark BSI Aceh

Saat Wakil Presiden Meresmikan Gedung Landmark BSI Aceh

Whats New
Perusahaan Gas Negara Bakal Tebar Dividen Rp 3,61 Triliun

Perusahaan Gas Negara Bakal Tebar Dividen Rp 3,61 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com