Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Nasir
Dosen

Dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Jember

Tanduk Bertaji Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 20/10/2022, 10:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MINGGU kedua Oktober ini para menteri keuangan dan pejabat bank sentral di dunia berkumpul di Washington DC, Amerika Serikat (AS). Pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional menjadi agenda utama diskusi dan menimbang catatan kritis atas urgensi kebijakan ekonomi yang fluktuatif di negara asal para menteri dan pejabar bank sentral itu.

Pertemuan berlangsung di tengah nestapa global. Perang Rusia dan Ukraina masih berkecamuk, ada ketidakpastian ekonomi global dengan tingginya inflasi, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi di banyak negara yang memengaruhi negara-negara miskin.

Baca juga: Bank Dunia dan IMF Ingatkan Lagi soal Ancaman Resesi Global 2023

Di mana posisi Indonesia saat itu?

Untungnya, kita berada di posisi yang cukup “aman”. Indikator stabilitas ekonomi dan politik relatif kuat di tengah ketegangan geopolitik global, meningkatnya inflasi, dan ancaman resesi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 ini diperkirakan 5,4 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 5 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari Singapura 3,9 persen dan Thailand 2,9 persen.

Mengapa posisi Indonesia kini dirasa kuat? Perkiraan jawabannya adalah manajemen ekonomi yang bijaksana saat melalui tahun-tahun sulit pandemi Covid-19 dan solidnya koordinasi antara bank sentral dan pemerintah.

Berangkat dari pagebluk

Capaian Indonesia sebagai negara keempat di dunia untuk cakupan vaksinasi Covid-19 merupakan hal penting. Dengan capaian itu Indonesia terlihat mampu mengelola sektor publik maupun swasta untuk memerangi pandemi. Hal tersebut juga bisa menarik investor asing untuk masuk lagi.

Secara ekonomi, Indonesia sedang menikmati ledakan ekspor, dengan ekspor mencapai nilai tertinggi sepanjang masa sebesar 27,9 miliar dolar AS, naik dari 25,5 miliar dolar per Juli.

Sebagai produsen utama mineral dan produk pertanian, Indonesia menikmati rezeki nomplok dari ledakan komoditas.

Baca juga: IMF Umumkan Kabar Buruk Perekonomian Dunia 2023

Lebih dari itu, ekspor manufaktur Indonesia juga merambah ke banyak barang lain seperti tekstil dan elektronik. Pemerintah mengalokasikan sebagian rezeki nomplok untuk subsidi harga energi, sehingga inflasi terkendali meski harga pangan dan energi melonjak di pasar internasional.

Inilah yang memungkinkan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga kebijakannya untuk stabil hingga Agustus tahun ini. Meskipun sikap hawkish dari sebagian besar bank sentral di negara lain sudah terjadi sejak Maret.

BI akhirnya mulai menaikkan suku bunga secara bertahap dari 3,75 persen di Agustus menjadi 4,25 persen pada September karena pengetatan uang yang relatif agresif dari Federal Reserve Amerika Serikat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi headline pada September sebesar 1,17 persen secara bulanan (mtm) dan 5,95 persen tahun-ke-tahun (yoy), sedangkan inflasi inti sebesar 3,21 persen yoy.

Inflasi itu jauh lebih rendah daripada di sebagian besar negara kawasan ASEAN. Kebijakan moneter yang stabil dan andal mampu menahan rupiah dari depresiasi tajam terhadap dolar. Bahkan, kinerja rupiah lebih baik dari mata uang lain seperti pound Inggris, yen Jepang, dan yuan China.

Dalam menjaga stabilitas ekonomi, BI menggunakan empat instrumen: pertama, melonggarkan kebijakan makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan; kedua, kebijakan yang akomodatif terhadap digitalisasi sistem pembayaran; ketiga, pendalaman pasar uang Indonesia; dan keempat, pembangunan ekonomi yang inklusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Airlangga Yakin Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III dan IV 2022 Capai 5,2 Persen

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com