Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Fokus Amati Data Inflasi AS dan China, Harga Minyak Dunia Naik 2 Persen

Kompas.com - 12/04/2023, 10:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Selasa (11/4/2023) waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia Barat (WIB), usai kemarin sempat mengalami pelemahan tipis.

Penguatan harga terjadi di tengah harapan pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) mungkin melonggarkan pengetatan kebijakan suku bunganya usai rilis data inflasi AS pekan ini, meskipun kekhawatiran tetap ada dari sisi permintaan China.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 2,1 persen atau 1,73 dollar AS menjadi sebesar 85,57 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,1 persen atau 1,74 dollar AS menjadi sebesar 81,38 dollar AS per barrel.

Baca juga: Bunga Utang China untuk KCJB Ternyata 3,4 Persen, tapi Dulu Bilangnya 2 Persen

Saat ini investor menjadi lebih optimis bahwa Federal Reserve (The Fed) semakin dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, membuat minyak yang dihargakan dalam dollar AS lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Prospek The Fed menaikkan suku bunga acuan hanya sekali lagi dan dalam kenaikan 25 basis poin (bps) merupakan titik awal yang baik. Tetapi jalur kebijakan bank sentral akan bergantung pada data ekonomi terkini, kata Presiden Fed New York John Williams.

Laporan inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu ini diharapkan dapat membantu investor mengukur lintasan jangka pendek untuk suku bunga The Fed.

Baca juga: Oleh-oleh Luhut dari China: Bawa Bunga Utang Proyek KCJB 3,4 Persen


"Prospek permintaan minyak mentah jangka pendek akan segera menjadi lebih jelas. Minggu ini kita akan mengetahui apakah ekonomi AS mengambil langkah-langkah ke dalam kolam resesi atau tidak," kata Edward Moya, Analis Senior di Oanda.

Namun, di sisi lain ada kekhawatiran dari data ekonomi China yang menunjukkan inflasi konsumen pada Maret naik pada laju paling lambat sejak September 2021. Hal ini menunjukkan pelemahan permintaan minyak berlanjut dalam pemulihan ekonomi yang tidak merata.

"IHK (indeks harga konsumen) Maret China lebih rendah dari yang diharapkan, yang dapat mendorong pemerintah China untuk lebih merangsang ekonomi," kata Tina Teng, Analis di CMC Markets.

Baca juga: Kata Sri Mulyani soal Dugaan Skandal Impor Emas Rp 189 Triliun

Adapun harga minyak dunia sempat melonjak sekitar 7 persen usai OPEC+ secara mengejutkan memutuskan memangkas produksi minyak sebesar 1,16 juta barel per hari (bpd) mulai Mei 2023.

Keputusan itu membuat total volume pemotongan produksi oleh OPEC+ menjadi sebanyak 3,66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu. Pemotongan ini setara dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.

Baca juga: Soal Transaksi Janggal Rp 349 Triliun, Sri Mulyani: Tak Ada Perbedaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com