Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Malaysia Berebut Air Minum di Supermarket, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 21/05/2023, 07:11 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KUALALUMPUR, KOMPAS.com - Selain hujan yang jarang dan bendungan mengering, kesalahan sistem membuat satu juta warga Penang dan Kedahan Malaysia berebut air minum dalam kemasan setelah air keran mengering.

Dilansir dari The Star, penduduk Malaysia ramai-ramai menyerbu supermarket dan memborong air minum kemasan yang tersedia di rak.

Di media sosial juga memperlihatkan kekacauan dengan saling dorong karena orang saling berebut air botol.

Baca juga: Cara Pembayaran QRIS di Thailand dan Malaysia via BCA Mobile

Situasi panic buying terjadi setelah adanya kekhawatiran kelangkaan air minum imbas aliran Sungai Muda yang tiba-tiba menyusut drastis di beberapa titik.

Di sisi lain, banyak penjual makanan yang tidak buka karena tidak dapat menyiapkan bahan makanan tanpa air sehari sebelumnya.

Susutnya air Sungai Muda juga berdampak pada menurunkan ketinggian permukaan air di banyak waduk penyuplai.

Misalnya saja Bendungan Ayer Itam hanya terisi 39,8 persen, Bendungan Teluk Bahang 46,2 persen, dan Bendungan Mengkuang yang lebih besar dan biasanya terisi lebih dari 90 persen, anjlok menjadi 88,2 persen.

Bahkan, Ketua Menteri Malaysia Chow Kon Yeow sempat mengatakan, kasus bendungan tersebut hanya dapat menyediakan air bagi penduduk setempat selama 120 hari lagi.

Sementara itu, Presiden Penang Water Watch, Chan Ngai Weng mengatakan, penggunaan air per kapita Penang terus melonjak hingga di atas 300 liter.

"Tarif harus dinaikkan untuk mengendalikan pemborosan air," ujar dia dikutip Minggu (21/5/2023).

Ia menjelaskan, kerusakan pada sensor pintu air jadi salah satu penyebab masalah tesebut.

Baca juga: Indomie Ayam Spesial Ditarik di Taiwan dan Malaysia, Kemendag: Pengimpornya Individu, Bukan Distributor Resmi

Tentang sensor yang salah yang menyebabkan gerbang bendungan di Sungai Muda terbuka, Chan mengatakan seharusnya ada peringatan otomatis ketika gerbang bendungan terbuka sendiri karena kesalahan teknis tersebut.

“Komputer tidak membuat kesalahan. Pihak berwenang harus memeriksa apakah sensornya rusak atau apakah ada virus dalam program tersebut," ungkap Weng.

“Kalau pun rusak sensornya, seharusnya juga ada peringatan yang dikirim ke setiap otoritas pengelola air di Penang dan Kedah begitu permukaan air Sungai Muda turun di bawah level tertentu,” tandas dia.

Chan mengatakan banyak orang memprotes agar permasalahan kelangkaan air dalam jangka panjang seharusnya cepat diselesaikan pemerintah Penang dan Penang Water Supply Corporation.

Salah satu solusinya, adalah meminta tambahan suplai air dari sungai yang ada di negara bagian tetangganya, Perak. Namun, kedua negara bagian itu belum menemukan kata sepakat.

Baca juga: Tarif Listrik PLN Indonesia Vs Malaysia, Mana Lebih Mahal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com