Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata?

Kompas.com - 04/05/2024, 23:13 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Produsen sepatu terkemuka, PT Sepatu Bata Tbk, baru saja mengumumkan penutupan fasilitas produksinya di Purwakarta, Jawa Barat. Keputusan ini sudah disampaikan dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan ini mengalami masa kejayaan di Indonesia sejak tahun 1980-an dan terus berlanjut hingga tahun 2000-an. Puluhan tahun silam, di Indonesia sempat muncul tren, kalau enggak pakai sepatu Bata, rasanya ketinggalan zaman.

Menjelang setiap tahun ajaran baru di sekolah, Bata juga memasang iklan koleksi sepatu barunya di surat kabar. Hal ini sukses membuat anak-anak mengalami eforia berburu sepatu baru saat liburan sekolah.

Namun sejak 2020, keuangan perusahaan mulai merugi dan terus berlanjut hingga sekarang. Berusahaan berturut rugi selama empat tahun, yakni rugi sebesar Rp 177,76 miliar pada 2022, lalu kerugian berlanjut di tahun 2021 sebesar Rp 51,23 miliar.

Baca juga: Nestapa Sepatu Bata, Eksis Sejak Zaman Belanda, Kini Terus Merugi

Berikutnya di tahun 2022, perusahaan juga melaporkan mengalami kerugian sebesar Rp 106,12 miliar. Sementara untuk periode per 31 September 2023, BATA juga masih rugi Rp 80,44 miliar.

Pemilik Sepatu Bata

Banyak orang kerap mengira Sepatu Bata adalah perusahaan yang berasal dari Indonesia, terlebih namanya mirip atau disangkutpautkan dengan sebutan salah satu material konstruksi bangunan yang berwarna kemerahan.

Mengutip laman resmi perusahaan, perusahaan ini sudah ada di Tanah Air sejak tahun 1931, 14 tahun sebelum tahun proklamasi Indonesia.

Pada masa tersebut, Bata melakukan kerja sama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Baca juga: Rugi Terus, Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup

Enam tahun kemudian, sang pemilik, Tomas Bata, mendirikan pabrik Sepatu ditengah perkebunan karet di area Kalibata, beralamat di Jalan Kalibata Raya Jakarta Selatan.

Selanjutnya produksi sepatu dimulai tahun 1940. Tomas Bata diketahui adalah seorang pengusaha asal Republik Ceko, di negaranya ia dijuluki Raja Sepatu.

Sementara bila mengutip Annual Report 2022, atau laporan tahunan yang terakhir dipublikasikan perseroan, pemegang saham pengendali BATA adalah Bafin B.V, sebuah perusahaan yang berbasis di Belanda.

Untuk saham publik di BATA tercatat sekitar 17,99 persen. Pada tahun 1982, PT Sepatu Bata memang sudah terdaftar di Jakarta Stock Exchange pada tanggal 24 Maret sebagai perusahaan publik (kini BEI).

Baca juga: Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Lalu pada tahun 1994, konstruksi pabrik Sepatu di Purwakarta telah rampung. Pembangunan pabrik dilakukan seiring dengan terus meningkatkan penjualan.

Pabrik inilah yang belakangan harus ditutup di tahun 2024 akibat terus merugi (pabrik Bata tutup).

Selain merek Bata sesuai dengan nama perusahaan, PT Sepatu Bata Tbk juga memiliki sejumlah merek lainnya yaitu Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, and Weinbrenner.

Baca juga: Bak Bumi dan Langit, Membandingkan Laba Pertamina Vs Petronas Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com