Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rifda Naufalin
Dosen

Prof. Dr. Rifda Naufalin, S.P., M.Si. Lahir di Kudus pada 1970. Pendidikan kesarjanaan diselesaikan di Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Berkesempatan studi S2 di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bidang Ilmu Pangan. Gelar Doktor diperoleh dari Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (2002-2005) bidang Ilmu Pangan. Bekerja sebagai staff pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sejak tahun 1995 hingga sekarang. Mengajar beberapa mata kuliah, yakni Kimia Pangan, Mikrobiologi Dasar, Mikrobiologi Pangan, Analisis Pangan, dan Manajemen Mutu Keamanan Pangan.

Menakar Inflasi Pasca-Lebaran 2024

Kompas.com - 07/05/2024, 06:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAH berhasil mengendalikan laju inflasi selama Lebaran 2024 dengan mencatat deflasi pada sejumlah komoditas pangan. Capaian ini melalui serangkaian langkah untuk mencegah lonjakan harga pangan.

Menurut data BPS, inflasi pada April 2024 yang bertepatan dengan Lebaran mencapai 3 persen secara tahunan (yoy) dan hanya 0,25 persen secara bulanan (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan Maret 2024 saat awal Ramadhan yang mencapai 0,52 persen.

Penurunan inflasi disebabkan penurunan harga bahan pokok, khususnya beras, cabe merah, daging ayam, dan telur ayam, meskipun harga bawang merah masih mengalami peningkatan signifikan.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi inflasi setelah Lebaran termasuk peningkatan permintaan barang dan jasa selama liburan, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti makanan dan transportasi karena peningkatan permintaan, serta faktor eksternal seperti fluktuasi harga komoditas global dan kebijakan pemerintah terkait harga.

Pengendalian inflasi yang efektif merupakan hasil kerja sama yang erat antara Bank Indonesia dan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), serta upaya penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di seluruh wilayah.

Pemerintah telah melakukan serangkaian langkah untuk menjaga inflasi pangan tetap terkendali, seperti meningkatkan produksi beras dengan memberikan subsidi pupuk kepada petani guna menjaga pasokan dan stabilisasi harga di pasar.

Langkah lainnya termasuk distribusi stok jagung SPHP kepada peternak untuk menjaga harga pakan ayam, serta memberikan subsidi transportasi cabai dari daerah surplus ke daerah yang kekurangan pasokan, yang berdampak pada harga daging ayam dan produk olahannya.

Program pangan murah juga diluncurkan untuk memastikan akses masyarakat, terutama di daerah terpencil, terhadap pangan dengan harga terjangkau.

Pemerintah juga melakukan pengawasan ketat terhadap harga pangan di tingkat distributor untuk mencegah praktik penimbunan atau manipulasi harga yang dapat menyebabkan kenaikan harga pangan tidak wajar.

Menurut laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), sejumlah komoditas pangan mengalami penurunan harga setelah Lebaran pada April 2024. Beberapa di antaranya adalah cabai merah, telur ayam, cabai rawit, dan beras.

Kelompok makanan yang cenderung fluktuatif dalam harga, dikenal sebagai volatile food mengalami deflasi sebesar 0,31 persen (mtm) pada April, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 2,16 persen (mtm).

Penurunan harga ini terutama disebabkan oleh cabai merah, beras, telur ayam, dan cabai rawit yang memasuki musim panen.

Meski demikian, beberapa komoditas seperti bawang merah, tomat, dan bawang putih masih mengalami inflasi.

Setelah mengalami inflasi selama delapan bulan berturut-turut sejak Agustus 2023, beras akhirnya mengalami deflasi pada April. Ini terjadi karena peningkatan pasokan selama musim panen, penurunan permintaan setelah libur Idul Fitri, dan adanya impor beras oleh pemerintah.

Program intervensi selama Hari Besar Keagamaan Nasional juga berkontribusi pada tren deflasi ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com