Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Apakah Ekonomi Vietnam Akan Menyalip Indonesia?

Kompas.com - 14/05/2024, 08:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN ini, pertanyaan apakah ekonomi Vietnam akan menyalip Indonesia sering muncul.

Berbicara tentang ‘kue ekonomi’ (total PDB), jawabannya mudah ditebak. Menurut data IMF, saat ini PDB Indonesia sekitar 1,5 triliun dollar AS, sedangkan PDB Vietnam adalah 466 miliar dollar AS.

Namun, jika kita berbicara tentang PDB/kapita, nilai PDB/kapita Indonesia adalah 5.270 dollar AS, sedangkan Vietnam adalah 4.620 dollar AS.

Bandingkan angka tersebut dengan tahun 2000, di mana PDB/kapita Indonesia dan Vietnam adalah 870 dollar AS dan 499 dollar AS. Sebagai tambahan, tahun 2010, PDB/kapita mereka adalah 3.180 dollar AS dan 1.630 dollar AS.

Dengan demikian, terjadi pertumbuhan sekitar 7,8 persen per tahun antara tahun 2000 hingga saat ini di Indonesia. Namun, Vietnam tumbuh lebih signifikan, yaitu 9,7 persen per tahun.

Dengan kondisi bahwa kecepatan pertumbuhan adalah sama, maka tinggal menunggu waktu Vietnam untuk menyalip Indonesia dalam hal GDP/kapita.

Posisi strategis Vietnam

Beberapa fakta menunjukkan bahwa Vietnam telah menjadi posisi strategis di Asia Tenggara. Eastspring Investments, perusahaan konsultan investasi, telah mengeluarkan laporan berdasarkan hasil survei dari 150 eksekutif senior di seluruh Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

Salah satu temuan menarik adalah para profesional global melihat India dan Asia Tenggara sebagai alternatif tujuan rantai pasok (supply chain).

Selain India dan Asia Tenggara, wilayah lain yang menjadi pertimbangan adalah Meksiko, wilayah berkembang di Eropa, dan Amerika Selatan.

Perubahan dalam sistem supply chain bisa diakibatkan oleh faktor-faktor seperti geopolitik, disrupsi perdagangan, perubahan iklim, dan kenaikan biaya. Apalagi dengan fakta hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Sejak munculnya pandemi COVID-19, para profesional global telah melakukan evaluasi strategi untuk tetap bertahan dan kompetitif.

Tercatat beberapa negara di Asia Tenggara akan menerima dampak signifikan dari perubahan supply chain. Sebagai contoh, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan besar dari kendaraan listrik (EV).

Dengan kekayaan bahan tambang mineral yang penting seperti nikel dan kobalt, Indonesia berambisi menjadi salah satu dari tiga produsen baterai EV terbesar.

Sementara itu, Vietnam telah menerima investasi signifikan dari perusahaan multinasional di bidang elektronik dalam beberapa tahun terakhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi BUMN Infrastruktur Terbaik di Indonesia, Hutama Karya Masuk Peringkat Ke-183 Fortune Southeast Asia 500

Jadi BUMN Infrastruktur Terbaik di Indonesia, Hutama Karya Masuk Peringkat Ke-183 Fortune Southeast Asia 500

Whats New
Mendag Zulhas Segera Terbitkan Aturan Baru Ekspor Kratom

Mendag Zulhas Segera Terbitkan Aturan Baru Ekspor Kratom

Whats New
Manfaatnya Besar, Pertagas Dukung Integrasi Pipa Transmisi Gas Bumi Sumatera-Jawa

Manfaatnya Besar, Pertagas Dukung Integrasi Pipa Transmisi Gas Bumi Sumatera-Jawa

Whats New
Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Whats New
Premi Asuransi Kendaraan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Penurunan Penjualan, Ini Alasannya

Premi Asuransi Kendaraan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Penurunan Penjualan, Ini Alasannya

Whats New
Hidrogen Hijau Jadi EBT dengan Potensi Besar, Pemerintah Siapkan Regulasi Pengembangannya

Hidrogen Hijau Jadi EBT dengan Potensi Besar, Pemerintah Siapkan Regulasi Pengembangannya

Whats New
Rupiah Masih Tertekan, Bank Jual Dollar AS Rp 16.600

Rupiah Masih Tertekan, Bank Jual Dollar AS Rp 16.600

Whats New
Freeport Akan Resmikan Smelter di Gresik Pekan Depan

Freeport Akan Resmikan Smelter di Gresik Pekan Depan

Whats New
Akhir Pekan, IHSG Mengawali Hari di Zona Hijau

Akhir Pekan, IHSG Mengawali Hari di Zona Hijau

Whats New
Ini Kendala Asuransi Rumuskan Aturan Baku Produk Kendaraan Listrik

Ini Kendala Asuransi Rumuskan Aturan Baku Produk Kendaraan Listrik

Whats New
Dokumen Tak Lengkap, KPPU Tunda Sidang Google yang Diduga Lakukan Monopoli Pasar

Dokumen Tak Lengkap, KPPU Tunda Sidang Google yang Diduga Lakukan Monopoli Pasar

Whats New
Bos Bulog Ungkap Alasan Mengapa RI Bakal Akuisisi Sumber Beras Kamboja

Bos Bulog Ungkap Alasan Mengapa RI Bakal Akuisisi Sumber Beras Kamboja

Whats New
Luhut Bantah Negara Tak Mampu Biayai Program Makan Siang Gratis

Luhut Bantah Negara Tak Mampu Biayai Program Makan Siang Gratis

Whats New
Suku Bunga Tidak Naik, Ini Strategi Bank Indonesia Stabilkan Rupiah

Suku Bunga Tidak Naik, Ini Strategi Bank Indonesia Stabilkan Rupiah

Whats New
Harga Emas Terbaru 21 Juni 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 21 Juni 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com