Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibayangi Pelemahan Rupiah dan "Capital Outflow", Ekonomi RI Diprediksi Stagnan

Kompas.com - 20/06/2024, 06:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi Indonesia dibayang-bayangi oleh tren pelemahan rupiah dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam waktu yang bersamaan.

Banyak pihak menyebutkan, kondisi ini ada kaitannya dengan kondisi perekonomian global yang masih menghadapi tantangan dan ketidakpastian. Namun, ekonom sekaligus ahli keuangan dan pasar modal Budi Frensidy justru tak sependapat.

Menurut dia, keadaan ekonomi secara global justru sedang dalam kondisi yang sangat baik. 
Bahkan, berdasarkan catatannya, beberapa indeks bursa global sedang menembus rekor tertinggi.

"Kita (Indonesia) berat di indikator makro, yaitu pelemahan rupiah, tripel defisit, dan capital outflow yang sangat deras," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Pantau Dampak Pelemahan Rupiah, Kemenhub: Belum Ada Maskapai yang Mengeluh

Daya beli masyarakat melemah

Ia menjelaskan, kondisi tersebut masih ditambah dengan daya beli masyarakat yang semakin melemah dan pengangguran di sektor formal yang terus meningkat.

Seiring dengan itu, Budi juga memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi akan stagnan di level 5 persen.

"Bahkan lebih rendah," imbuh dia.

Baca juga: Pengusaha Ritel Sebut Tapera Bisa Turunkan Daya Beli Masyarakat

Lebih lanjut, ia bilang, selama kebijakan fiskal tidak pro pasar tetapi justru kontraktif, terutama dengan peningkatan tarif pajak, kondisi seperti ini bisa bertahan berbulan-bulan.

Adapun kondisi positif dapat terbentuk ketika ada modal asing yang masuk ke Indonesia (capital inflow).

"Current account bisa positif, demikian juga financial account, sehingga rupiah menguat," terang dia.

Baca juga: IHSG Ambles 6,4 Persen dalam Sebulan, Investor Harus Bagaimana?

Koreksi IHSG

Lebih lanjut, ia menjabarkan, koreksi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh aliran dana asing yang keluar, pelemahan rupiah, serta transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia yang defisit.

"Berlakunya mekanisme papan pemantauan khusus dengan mekanisme full call auction (FCA) juga berandil besar menambah sentimen negatif di bursa," ungkap Budi.

Berdasarkan catatannya, situasi suku bunga yang higher for longer ditambah dengan faktor lain telah membuat IHSG masuk jajaran kinerja pasar saham terburuk kelima.

Adapun deretan kinerja pasar saham terburuk dihuni oleh pasar saham Qatar yang turun 12,53 persen, Meksiko turun 9,72 persen, Brasil turun 9,06 persen, dan Thailand dengan penurunan 5,61 persen.

Di Asia Tenggara, pasar saham Malaysia menjadi jawara dengan kenaikan 10,3 persen sepanjang tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 132,2 Triliun, Sri Mulyani: Turun 12,2 Persen

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 132,2 Triliun, Sri Mulyani: Turun 12,2 Persen

Whats New
Setoran Pajak dan Cukai Lesu, Penerimaan Negara Turun jadi Rp 1.123,5 Triliun per Mei 2024

Setoran Pajak dan Cukai Lesu, Penerimaan Negara Turun jadi Rp 1.123,5 Triliun per Mei 2024

Whats New
Allianz Hadirkan Produk Asuransi Flexi Medical, Apa Manfaatnya?

Allianz Hadirkan Produk Asuransi Flexi Medical, Apa Manfaatnya?

Earn Smart
2 Perusahaan Eropa Batal Investasi di Sonic Bay, Ini Kata Anak Buah Bahlil

2 Perusahaan Eropa Batal Investasi di Sonic Bay, Ini Kata Anak Buah Bahlil

Whats New
HSBC Andalkan 3 Pilar untuk Fokus Layani Nasabah, Apa Saja?

HSBC Andalkan 3 Pilar untuk Fokus Layani Nasabah, Apa Saja?

Whats New
Babak Baru Perkara Arsjad Rasjid vs Ahli Waris Krama Yudha, Kuasa Hukum Ajukan Kasasi, MAKI Buka Suara

Babak Baru Perkara Arsjad Rasjid vs Ahli Waris Krama Yudha, Kuasa Hukum Ajukan Kasasi, MAKI Buka Suara

Whats New
Sri Mulyani Beberkan Penyebab Rupiah Tertekan

Sri Mulyani Beberkan Penyebab Rupiah Tertekan

Whats New
Konsisten Kembangkan UMKM, Sampoerna Gelar Pesta Rakyat untuk UMKM Indonesia

Konsisten Kembangkan UMKM, Sampoerna Gelar Pesta Rakyat untuk UMKM Indonesia

Whats New
Bantuan Pangan Dilanjutkan sampai Desember 2024, Presiden: Hitung-hitungan APBN Bisa...

Bantuan Pangan Dilanjutkan sampai Desember 2024, Presiden: Hitung-hitungan APBN Bisa...

Whats New
Jatuh Bangun Neneng, Bangun Usaha Makanan dan Pakaian Usai Pandemi Covid-19

Jatuh Bangun Neneng, Bangun Usaha Makanan dan Pakaian Usai Pandemi Covid-19

Whats New
Melalui Program Kesatria, Petani di OKI Berhasil Panen Padi Gogo di Lahan Sawit

Melalui Program Kesatria, Petani di OKI Berhasil Panen Padi Gogo di Lahan Sawit

Whats New
Mengenal Singkatan ATM dalam Bahasa Inggris

Mengenal Singkatan ATM dalam Bahasa Inggris

Whats New
Komitmen Lestarikan Lingkungan, PLN Sediakan Mesin Daur Ulang Sampah di Lingkungan Kantor

Komitmen Lestarikan Lingkungan, PLN Sediakan Mesin Daur Ulang Sampah di Lingkungan Kantor

Whats New
Adakah Cara Mengetahui PIN ATM dari Buku Tabungan?

Adakah Cara Mengetahui PIN ATM dari Buku Tabungan?

Spend Smart
APBN Defisit Rp 21,8 Triliun, Ini Penyebabnya

APBN Defisit Rp 21,8 Triliun, Ini Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com