Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pasar Bergejolak, Sri Mulyani Sebut Bukan Karena Kerusuhan

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, kondisi pasar, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir dipicu kondisi global yang mengalami gejolak. Terutama perang dagang antara AS dan China yang makin memanas dan di luar ekspektasi pasar.

Hanya saja, momentumnya berbarengan dengan kerusuhan yang terjadi di beberapa titik di Jakarta pasca pengumuman hasil rekapitulasi suara pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ini membuat kondisi ekonomi dalam negeri, seperti merosotnya harga saham hingga pelemahan kurs rupiah dikaitkan dengan kondisi tersebut.

"Trigger awalnya yang dari luar negeri, terutama tindakan yang cukup drastis dari pemerintah AS yang agak tidak diantisipasi," kata Sri Mulyani di kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Sri Mulyani mengatakan, dalam pembahasan dan negosiasi perang dagang saat ini, sebenarnya sudah menunjukkan gelagat bahwa akan ada kata damai. Namun, tiba-tiba Presiden AS Donald Trump menyampaikan ketidakpuasan terhadap progres tersebut.

Trump pun membuat keputusan sepihak untuk menambah tarif impor China. Hal ini membuat seluruh pembuat kebijakan shock sehingga mempengaruhi pasar saham dan pasar obligasi, termasuk nilai tukar.

"Yang muncul surpise, diharapkan settled tapi ternyata ada turnaround yang besar," kata Sri Mulyani.

Sementara itu, dari dalam negeri, potensi ricuh sebenarnya sudah diantisipasi oleh investor dan pelaku usaha. Mereka sudah memperkirakan bahwa akan ada gejolak pasca penetapan presiden dan wakil presiden oleh KPU.

Oleh sebab itu, mereka mengantisipasinya sejak jauh hari.

Meski begitu, dampak yang diberikan terhadap perekonomian tidak signifikan. Faktanya, pada hari ini, rupiah dan IHSG kembali menguat.

"Saya rasa sampai hari ini masyarakat dan pelaku usaha masih positif. Mereka percaya situasi pasca pengumuman tetap baik," kata Sri Mulyani.

Hal senada disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, bahwa faktor global lebih dominan mempengaruhi perkembangan moneter. Pekan lalu, kata dia, SBN mengalami outflow setelah eskalasi peranag dagang sebesar Rp 7,3 triliun.

"Dalam 2 hari terakhir justru inflow Rp 1,7 triliun. Jadi eskalasi perang dagang memang sangat berpengaruh tak hanya di Indonesia, tapi juga negara lain," kata Perry.

https://money.kompas.com/read/2019/05/23/144437026/pasar-bergejolak-sri-mulyani-sebut-bukan-karena-kerusuhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke