Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Investasi Obligasi dan Saham Tahun 2020 Masih Cerah

Untuk obligasi, pemilihan dari bunga tetap (FR) maupun variable (VR), keduanya sama-sama memberikan imbal hasil yang menguntungkan. Meski di tengah kondisi ketidakpastian global yang berdampak terhadap perekonomian seluruh negara, termasuk Indonesia.

"Obligasi, buat bapak dan ibu yang banyak berinvestasi di obligasi bahkan nggak usah kredit, di awal tahun ini sekarang posisinya sedang untung," ujarnya dalam acara Asian Insights Seminar 2019, di Jakarta, Rabu (4/12/2019) malam.

Keuntungannya obligasi pada bunga tetap, lanjut Lilis, mencapai 13 tahun dengan masa tenor 10 tahun. Sementara, bunga variable keuntungan imbal hasilnya lumayan besar berkisar 17 persen.

Lantaran suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) turun sebesar 5 persen, justru harga obligasi akan tinggi. Hal ini memicu para investor akan melirik instrumen obligasi.

"Pertama, fundamental. Apabila suku bunga turun, harga obligasi naik. Kedua, karena arah suku bunga diturunkan sehingga harga obligasi naik, berbondong-bondong investor lokal maupun asing masuk pasar obligasi. Ini yang saya bilang faktor teknikal. Lebih banyak orang mau beli daripada barang tersedia. Supplynya terbatas, demandnya naik, otomatis harga naik," katanya.

Lantas, bagaimana peluang harga obligasi tahun depan secara fundamental serta peluang suku bunga Bank Central Amerika Serikat (AS) alias The Fed?

"Iya (ada peluang). Cuma yang diturunkan tidak banyak lagi, seperempat sampai setengah persen dibandingkan tahun ini satu seperempat persen. Artinya, fundamental masih jadi alasan untuk harga obligasi naik di tahun 2020," ujarnya.

Proyeksi Instrumen Saham

Bagaimana dengan pasar saham? Menurutnya, pasar saham tahun ini akan tergerus growth dari perusahaan-perusahaan di Bursa Efek sekitar lima persen.

"Tahun depan, kita lihat ada perbaikan. Kami melihat indeks kita akan tutup pasar tahun ini sekitar 6.300 sampai 6.500," prediksinya.

Tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak pada level sekitar 6.800-7.100. Proyeksi ini akan berimbas terhadap rasio harga saham terhadap laba per saham (price to earning ratio/PER) yang akan semakin murah bila diperjualbelikan.

"Untungnya, kita evaluasi harga-harga saham kita itu tidak mahal. Jadi, kita sekarang ada di 14,3-14,5 kali, sementara tahun depan (PER) ada di 12,2 kali. Jadi, nilai nominal harga sahamnya tidak mahal. Jadi, saya rasa tahun depan lebih opportunity untuk saham dibandingkan tahun ini," jelas Lilis.

Sementara, untuk Deposito tahun ini kecenderungannya akan flat, bahkan akan dipangkas lagi. Tetapi apakah harus mencairkan deposito?

"Tentu tidak. Pakailah instrumen ini jika dibutuhkan sewaktu-waktu sebagai dana praktis. Misalnya, sudah siap berinvestasi instrumen tapi lagi nunggu momen tepat, bisa pakai reksa dana pasar uang walaupun deposito sebagai kendaraannya," sarannya.

https://money.kompas.com/read/2019/12/05/110800126/investasi-obligasi-dan-saham-tahun-2020-masih-cerah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke