Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PLTU Batu Bara Disetop, Co-Firing Biomassa dan Teknologi CCS Jadi Pilihan

Padahal, Indonesia sumber daya batu bara yang melimpah mencapai 143,7 miliar ton dengan cadangan sebanyak 38,8 miliar ton. Rata-rata produksi pun mencapai 600 juta ton per tahun.

Dengan potensi cadangan batu bara sebesar itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 65 tahun ke depan.

Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan baru bara tersebut?

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko membeberkan sejumlah rencana yang akan dilakukan.

Pertama, pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi pun akan terus dilakukan dengan strategi energy mix.

"Dalam porsi energy mix selama 2021-2030 nanti, batu bara masih menempati porsi 60 persen pada bauran energi nasional," ujarnya dalam webinar DETalk Outlook 2022: Masa Depan Industri Batu Bara Menuju Transisi Energi, Selasa (14/12/2021).

Kedua, permanfaatan batu bara ke depan harus diimbangi dengan teknologi ramah lingkungan atau clean coal technology untuk mengurangi emisi CO2 atau karbondioksida.

Caranya, dengan inovasi teknologi pengganti PLTU. Artinya PLTU eksisting akan diganti dengan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) Baseload, seperti melalui co-firing biomassa.

Lalu penurunan emisi dilakukan dengan penerapan teknologi batu bara bersih, berupa implementasi Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dengan bahan bakar gasifikasi batu bara. Serta dengan implementasi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mengurangi emisi CO2.

Ketiga, pemanfaatan batu bara dengan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), methanol, pupuk, dan syngas.

"Kami berharap batu bara yang kita miliki ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi penggerak perekonomian nasional," pungkas Sujatmiko.

PLTU Disetop, PLN andalkan Co-firing dan teknologi CCS

Di PLN sendiri sebagai perusahaan negara penyedia listrik, masih ada PLTU berbahan bakar batu bara hingga 2025 yang merupakan bagian dari proyek pembangkit 35.000 Megawatt.

Lantas apa yang akan dilakukan PLN jika PLTU disetop?

Edwin Nugraha, Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN membeberkan sejumlah strategi PLN menghadapi hal tersebut.

Pertama, dengan melakukan co-firing PLTU dengan biomassa.

Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.

“Kami harapkan 10-20 persen batu bara bisa diganti menjadi biomasa (hingga 2025). Dengan begitu, kita berharap 3-6 persen target bauran EBT bisa tercapai 5 tahun ke depan,” kata Edwin dalam DETalk Outlook 2022: Masa Depan industri Batu Bara Menuju Transisi Energi, Selasa (14/12/2021).


Hingga kini, baru 5 persen batu bara diganti biomassa di PLTU PLN. Yakni, dari 52 kompleks PLTU yang ada di PLN, sekitar 35 unit pembangkit sudah dicoba co-firing dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar lokasi PLTU.

Kedua, PLN, akan menggunakan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS) atau penangkapan dan pemanfaatan karbon untuk PLTU, tujuannya untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) atau gas rumah kaca.

“Emisi yang ada di PLN 330 juta ton, 300-nya dari batu bara dan 30-an dari gas. Untuk menyelesaikannya adalah dengan teknologi CCS/CCUS. Kalau pakai CCS/CCUS harga bisa kembali ke awal,” ungkap Edwin.

https://money.kompas.com/read/2021/12/15/123000726/pltu-batu-bara-disetop-co-firing-biomassa-dan-teknologi-ccs-jadi-pilihan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke