Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Jokowi Cerita Ekonomi Sudah Sulit akibat Covid-19, Kini Tambah Perang Rusia-Ukraina...

"Kita tahu bahwa dunia sekarang ini pada situasi yang tidak mudah, tidak gampang, semua negara merasakan, bukan hanya negara kita. Sulit, sangat sulit," ungkapnya dalam acara Dies Natalis ke-46 UNS, Jumat (11/3/2022).

Ia menjelaskan, mulanya dunia dihadapkan tantangan disrupsi akibat revolusi industri 4.0 yang membuat banyak negara gagap dan segera mengembangkan sektor digitalnya.

Kemudian dunia dihadapkan lagi dengan kondisi pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun ketiga dan memukul perekonomian.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan perang antara Rusia dan Ukraina yang membuat lonjakan harga sejumlah komoditas penting. Perang yang terus berlangsung sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu telah membuat kelangkaan energi dan pangan dunia.

"Semua negara tambah pusing. Pusingnya belum reda (karena pandemi), tambah lagi ada perang, sudah bertubi-tubi," imbuhnya.

Harga minyak mentah dunia terus bergejolak hingga sempat tembus di atas level 130 dollar AS per barrel akibat pasokan global yang semakin mengetat. Pasokan komoditas pangan juga menjadi terganggu yang berdampak pada kenaikan harga, seperti pada gandum dan kedelai.

Jokowi mengatakan, dalam kondisi yang sangat sulit tersebut pengelolaan APBN pun menjadi tidak mudah. Meski demikian, ia menilai, Indonesia telah mempu mengatasi tekanan selama dua tahun terakhir akibat pandemi dibandingkan negara lainnya.

Setidaknya hal itu tercermin dari penanganan kasus Covid-19 yang dinilai cukup terkendali. Dengan total kasus hampir mencapai 6 juta per hari atau sekitar 2,2 persen dari populasi, Indonesia berada di peringkat 153 dari 222 negara.

Selain itu, tingkat kematian yang mencapai 151.100 orang atau sekitar 0,06 persen dari populasi, Indonesia berada di peringkat 122 dari 222 negara. Peringkat itu dinilai lebih baik dibandingkan negara lainya yang bahkan memiliki kemampuan ekonomi dan teknologi lebih tinggi.

Selain itu, inflasi pangan di Indonesia yang jauh lebih rendah dari negara lainnya. Seperti, Turki yang pada Januari 2022 inflasi pangannya mencapai 55,6 persen, Rusia 12,3 persen, Amerika Serikat 6,9 persen, India 5,4 persen, Uni Eropa 4 persen, sementara Indonesia 3,4 persen.

"Betapa sangat sulitnya ekonomi, tapi alhamdulillah kita bisa menjalaninya, mengelola keuangan, mengendalikan Covid-19 dengan baik kalau dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tapi ini juga artinya masa depan global semakin penuh dengan ketidakpastian," kata Jokowi.

https://money.kompas.com/read/2022/03/11/214934226/ketika-jokowi-cerita-ekonomi-sudah-sulit-akibat-covid-19-kini-tambah-perang

Terkini Lainnya

Mendag Ogah Revisi Permendag 8/2024, Asosiasi Pertekstilan: UU Pemilu Saja Bisa Diganti...

Mendag Ogah Revisi Permendag 8/2024, Asosiasi Pertekstilan: UU Pemilu Saja Bisa Diganti...

Whats New
Pemerintah Pakai Produk Semen Rendah Emisi Karbon untuk Bangun IKN

Pemerintah Pakai Produk Semen Rendah Emisi Karbon untuk Bangun IKN

Whats New
Tahun Ini, Emiten Beras NASI Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 618 Persen

Tahun Ini, Emiten Beras NASI Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 618 Persen

Whats New
Hingga April 2024, Jumlah Nasabah Tabungan Haji BSI Tembus 5,1 Juta

Hingga April 2024, Jumlah Nasabah Tabungan Haji BSI Tembus 5,1 Juta

Whats New
MTDL Bakal Tebar Dividen Rp 257,8 Miliar dari Laba Bersih 2023

MTDL Bakal Tebar Dividen Rp 257,8 Miliar dari Laba Bersih 2023

Whats New
Pasarnya Potensial, Chevron-Caltex Perkuat Bisnis Pelumas Industri di Indonesia

Pasarnya Potensial, Chevron-Caltex Perkuat Bisnis Pelumas Industri di Indonesia

Whats New
Permudah Bayar Iuran, BPJS Ketenagakerjaan Gandeng Danamon

Permudah Bayar Iuran, BPJS Ketenagakerjaan Gandeng Danamon

Whats New
Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Whats New
Gencarkan Ekspansi Pasar Nasional, GNET Official Store di Tokopedia Miliki 19 Titik Distribusi

Gencarkan Ekspansi Pasar Nasional, GNET Official Store di Tokopedia Miliki 19 Titik Distribusi

Rilis
Insentif Likuiditas, BI: Insentif bagi Bank yang 'Berkeringat' Berikan Kredit

Insentif Likuiditas, BI: Insentif bagi Bank yang "Berkeringat" Berikan Kredit

Whats New
Mahendra Siregar Lantik 21 Kepala OJK Daerah, Simak Daftarnya

Mahendra Siregar Lantik 21 Kepala OJK Daerah, Simak Daftarnya

Whats New
Operasi Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap 1 Terus Dijaga Keandalannya

Operasi Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap 1 Terus Dijaga Keandalannya

Whats New
Kota Tual dan Kepulauan Aru Jadi Lokasi Modeling Penangkapan Ikan Terukur KKP

Kota Tual dan Kepulauan Aru Jadi Lokasi Modeling Penangkapan Ikan Terukur KKP

Whats New
Prabowo Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, BI: Kami Akan Terus Bersinergi...

Prabowo Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, BI: Kami Akan Terus Bersinergi...

Whats New
Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke