Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Digitalisasi Ubah Peta Persaingan Sektor Jasa Keuangan, BRI: Perlu Disikapi dengan Hati-hati

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi digital yang pesat mendorong persaingan di sektor jasa keuangan semakin ketat. Pasalnya, kini muncul beragam model bisnis jasa keuangan baru yang tentunya akan mengubah peta persaingan dan landskap industri jasa keuangan.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto mengatakan, perkembangan digital yang begitu pesat, telah memunculkan pemain-pemain baru di industri, seperti fintech dan juga aset-aset digital dalam bentuk aset kripto.

Hal tersebut, tentu harus menjadi concern setiap pihak dan pemangku kebijakan yang ada. Literasi dan perlindungan konsumen menjadi hal penting untuk terus didorong dan ditingkatkan di masa mendatang.

Teknologi digital yang terus tumbuh, mendorong adanya transisi dari physical contactful menjadi physical contactless.

"Perubahan tersebut telah mengubah persaingan di industri jasa keuangan," ujarnya saat webinar Infobank, Rabu (25/1/2023).

Sementara itu, Direktur Digital dan Teknologi Informasi Bank BRI, Arga M Nugraha mengatakan, hal ini perlu disikapi dengan hati-hati karena terdapat maturitas yang berbeda dari setiap lapisan masyarakat.

Misalnya antara perkotaan dan pedesaan, ada masyarakat yang sudah terliterasi dengan baik sehingga lebih mudah didorong untuk beralih ke digital, namun juga ada yang belum terliterasi.

Berdasarkan data yang dia miliki, sekitar 98,41 persen transaksi nasabah BRI dilakukan di channel digital, sementara sisanya atau sekitar 1,59 persen masih dilakukan secara konvensional misalnya melalui kantor cabang.

Untuk itu, BRI berupaya merangkul kedua jenis nasabah ini melalui hybrid bank atau bank yang melayani kebutuhan nasabah baik secara fisik maupun digital.

"Sebagai bank akan berupaya untuk membangun layanan digital yang lebih baik dan sesuai dengan variasi dari para nasabah. Kami percaya dengan besarnya serta tersebarnya secara geografis nasabah kami, sehingga kami tetap mengedepankan pendekatan yang kami sebut hybrid bank," ucap Arga.

Setidaknya ada tiga fokus yang dilakukan BRI dalam menerapkan digitalisasi, yakni sustainability, governance, dan interest of our customers. Ketiga fokus ini, menurutnya, perlu juga diterapkan oleh pelaku di industri perbankan lain.

“Fokus yang sama pada tiga hal ini juga harus dimiliki oleh para pelaku di bidang ini,” kata dia.

Sementara itu, Komisaris Independen Bank Raya sekaligus Co-Founder Sayurbox Rama Notowidigdo membeberkan tantangan bagi digital banking yaitu bagaimana membangun ekosistem dalam pengembangan bisnis.

Menurutnya, untuk membangun ekosistem diperlukan koneksi dari berbagai merchant dalam melakukan pembayaran oleh digital banking tersebut. Beruntungnya, Bank Indonesia (BI) telah mendukung payment system untuk memudahkan bertransaksi.

"Saat ini juga sudah ada QRIS, yang akan mempermudah digital bank masuk dan berpartner dengan ekosistem dibandingkan membangun ekosistem sendiri," jelas Rama

Tantangan dalam membangun ekosistem bagi digital bank yakni membutuhkan waktu yang lama, meskipun sudah ada pembayaran menggunakan QRIS dalam mempermudah transaksi.

Hal itu yang membuat digital bank akhirnya memilih menempel dengan ekosistem yang sudah ada dan tidak ingin membangun ekosistem sendiri agar lebih cepat.

"Walaupun sudah ada tools menggunakan QRIS yang jauh lebih simpel, tapi harus tetap membangun transaksi, membangun merger dan akuisisi, nah ini akhirnya banyak digital bank yang maunya nempel dengan ekosistem contoh Aladin nempel dengan Alfamart dan sebagainya," tuturnya.


 

Bank BUMN lainnya, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pun melihat perkembangan digitalisasi yang semakin marak dan persaingan yang begitu ketat.

Ini memacu perseroan untuk terus mengembangkan dan meningkatkan layanan digital melalui perbaikan dan terobosan baru di segmen retail dan wholesale.

Untuk mendukung transformasi digital tersebut Bank Mandiri telah meluncurkan Livin Financial Superapp pada tahun 2021 yang lalu.

“Kami mengintegrasikan seluruh financial services, juga dengan urban lifestyle ecosystem dalam satu aplikasi, jadi dalam hal desainnya Livin didesain sebagai sebuah journey,” jelas Direktur Information Technology Bank Mandiri Timothy Utama.

Menurut Timothy, fokus utama dari peluncuran Livin Financial Superapp tersebut adalah untuk membangun kapabilitas para nasabah dari kebiasaan yang konvensional menuju ke digital.

“Kami melihat dan bersyukur crowds yang kami bangun setelah satu tahun ini sangat luar biasa response dari masyarakat. Dalam setahun ini Livin sudah di download kira-kira lebih dari 20 juta,” imbuhnya.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai, perkembangan digital yang begitu pesat, telah memunculkan pemain-pemain baru di industri seperti fintech dan juga aset-aset digital dalam bentuk aset kripto.

Hal tersebut, tentu harus menjadi perhatian setiap pihak dan pemangku kebijakan yang ada. Literasi dan perlindungan konsumen menjadi hal penting untuk terus didorong dan ditingkatkan di masa mendatang.

Teknologi digital yang terus tumbuh, mendorong adanya transisi dari physical contactful menjadi physical contactless.

"Perubahan tersebut telah mengubah persaingan di industri jasa keuangan," kata Agus.

Untuk mengetahui perkembangan digital di industri keuangan dalam negeri, Agus Sugiarto pun meluncurkan buku berjudul “Digitalisation: Changing the World of Financial Industry”.

Buku itu mengulas lebih dalam mengenai ekonomi digital khususnya di sektor keuangan. Latar belakang dari penerbitan buku ini adalah karena adanya transformasi digital di sektor keuangan yang merubah seluruh sistem industri keuangan.


“Saya telah menulis buku yang kedua mengenai dampak terhadap digitalisasi terhadap industri keuangan. Di dalam buku ini saya menulis berbagai macam artikel-artikel baru yang terkait dengan transformasi digital, munculnya pemain-pemain baru di industri fintech dan juga munculnya aset-aset digital dalam bentuk aset kripto,” ujar Agus.

 

https://money.kompas.com/read/2023/01/26/111000226/digitalisasi-ubah-peta-persaingan-sektor-jasa-keuangan-bri-perlu-disikapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke