Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profil Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Terbesar di Sulut

KOMPAS.com - Pelabuhan Bitung bisa dibilang adalah pelabuhan terbesar di Sulawesi setelah Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Pelabuhan ini juga terakses langsung dengan Tol Bitung-Manado.

Saat ini, pengelolaan Pelabuhan Bitung berada di bawah PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, BUMN yang bergerak di layanan kepelabuhanan.

Mengutip laman resmi Pelindo, pelabuhan Bitung adalah pelabuhan yang terletak di Jalan D.S Sumolang, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan terbesar di Sulawesi Utara yang disinggahi kapal-kapal penumpang antar kota besar di Indonesia.

Adanya Pelabuhan Bitung merupakan salah satu faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di Sulawesi Utara, selain dari kegiatan perkebunan, pertanian, dan perikanan.

Bahkan saat ini, Pelabuhan Bitung masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), berdasar Perpres Nomor 26/2012 tentang Cetak Biru Kebijakan Pembangunan Sistem Logistik Nasional.

Pelabuhan di Sulawesi Utara ini memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, terutama di kawasan Timur Indonesia dan kawasan Pasifik.

Sejarah Pelabuhan Bitung

Pelabuhan Bitung sendiri diambil dari nama kota yang menjadi lokasi pelabuhan ini, Kota Bitung yang juga merupakan kota terbesar kedua di Sulawesi Utara.

Mengutip buku berjudul "Sejarah Pelindo Bitung, sampai dengan Perang Dunia II, Bitung awalnya hanya merupakan sebuah desa nelayan yang belum tercantum dalam peta Hindia Belanda kala itu.

Pelabuhan Bitung juga tidak seperti pelabuhan-pelabuhan lain yang umumnya berada di hilir sebuah sungai, tetapi letak pelabuhan Bitungberada dalam sebuah selat yaitu selat Lembeh.

Pelabuhan Bitung mulai dirancang pada pertengahan Desember 1949, mula-mulanya, pelabuhan ini dirintis dengan pengangkatan seorang tokoh bernama Semet sebagai pejabat kepelabuhanan di Desa Bitung.

Semet juga ditigaskan sebagai pimpinan proyek penyelidikan untuk rencana pembangunan Pelabuhan Bitung Manado. Penyelidikan keadaanperairan laut selat Lembeh segera dilakukan menggunakan kapal pengamatan bernama Zeeslawu.

Berikutnya dilanjutkan dengan penyelidikan keadaan tanah di daratan untuk dijadikan basis daerah pelabuhan yang baru.

Pada tahun 1950, Wakil Presiden Republik Indonesia kala itu, Muhammad Hatta, bersama dengan Menteri Pekerjaan Umum Ir. Laoh berkunjung ke Manado.

Dalam kunjungan ke Manado tersebut, keduanya juga meresmikan pembangunan Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan samudera. Pembangunan pelabuhan di Sulawesi Utara itu pun dimulai.

Banyak tenaga ahli didatangkan untuk pembangunan Pelabuhan Sulawesi Utara. Sementara pelaksana proyeknya saat itu adalah MV Biro Karpi.

Pada tahun 1953, mulailah proses pembangunan dermaga di Indonesia timur dengan proses peletakan batu pertama oleh Presiden Sukarno. Setahun pengerjaan, proyek tersebut selesai dan resmi beroperasi.

Sejak saat itu, perlahan dermaga tersebut mulai menjelma menjadi sebuah pelabuhan besar, lengkap fasilitas penunjang dan jadi tempat singgah kapal-kapal bertonase besar.

Fasilitas Pelabuhan Bitung

Saat ini, Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara tercatat memiliki empat dermaga. Empat dermaga tersebut adalah Dermaga Samudera (panjang 607 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter), Dermaga Nusantara (panjang 652 meter dengan kedalaman sekitar 6 meter).

Dermaga Kontainer (terbagi dua, Dermaga VIII dengan panjang 182 meter dan kedalaman 20 meter, Dermaga IX dengan panjang 60 meter dan kedalaman 10 meter) dan Dermaga Kering (untuk perbaikan di bawah 100 ton).

Selain kawasan pelabuhan yang menjadi landmark Kota Bitung, terdapat 3 pelabuhan lain yaitu Pelabuhan Ferry Bitung, Pelabuhan Perikanan Samudera dan Pelabuhan Angkatan Laut.

Kementerian Perhubungan menyebut pengembangan Pelabuhan Bitung dan sekitarnya akan meningkatkan kapasitas pelabuhan menjadi sekitar 2,7 juta TEUs.

Untuk di pelabuhan Bitung eksisting itu kapasitasnya 1,5 juta TEUs, di KEK 600 ribu TEUs dan di Lembeh 600 ribu TEUS, sehingga total menjadi 2,7 juta TEUs.

Dikutip dari Harian Kompas, saat ini kapasitas Pelabuhan Peti Kemas Bitung sekitar 250.000 TEU (peti kemas 20 kaki) per tahun. Pembangunan itu akan meningkatkan kapasitas lapangan penumpukan peti kemas hingga tiga kali lipat menjadi 750.000 TEU per tahun.

Sementara Pelindo menyebut, rencana pengembangan Pelabuhan Bitung Manado merupakan bagian dari rencana induk pembangunan pelabuhan hingga 2025. PT Pelindo IV menargetkan kapasitas pelabuhan di Bitung bisa mencapai 2 juta TEU per tahun.

Peningkatan kapasitas ini juga ditopang dengan menambah dua rubber tyred gantry (RTG) atau alat pemindah peti kemas menjadi total 10 unit. Pelabuhan Bitung juga memiliki 5 derek peti kemas (container crane), 2 kendaraan reach stackers, dan 26 truk. Staf operator juga akan ditambah.

Peningkatan kapasitas Pelabuhan Bitung Manado itu dilaksanakan untuk mempersiapkan Bitung sebagai simpul ekspor bagi komoditas dari Indonesia timur serta mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung. Rute pelayaran internasional yang kini sedang diupayakan adalah Bitung-Davao, Filipina.

https://money.kompas.com/read/2023/07/12/171130526/profil-pelabuhan-bitung-pelabuhan-terbesar-di-sulut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke