Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai Dibahas, Ini Sindiran Lawas Jonan soal Kualitas Kereta INKA

KOMPAS.com - Moda transportasi LRT Jabodebek tengah jadi bulan-bulanan kritik publik. Penyebabnya, roda kereta yang dibuat dari besi mengalami aus meski baru 2 bulan diresmikan.

Bukan satu dua unit kereta yang rodanya mengalami aus, tapi jumlahnya mencapai 18 unit trainset yang harus masuk bengkel. Praktis, hanya 9 trainset tersisa yang saat ini harus melayani seluruh perjalanan Jakarta-Bekasi PP.

Imbasnya, waktu tunggu naik LRT Jabodebek menjadi lama. Pada jam sibuk, waktu tunggu bisa sampai 30 menit hingga 40 menit. Sedangkan di luar jam sibuk bisa sampai 1 jam.

Selain permasalahan teknis tersebut, perencanaan dan antisipasi KAI untuk mengatasi kerusakan roda tersebut juga disorot. Belakangan pula diketahui, KAI cuma memiliki satu mesin bubut LRT di depo miliknya yang menyebabkan trainset bakal menganggur di depo selama berhari-hari karena harus mengantre.

Sebelum ramai soal roda besi yang cepat aus, LRT Jabodebek sempat disorot karena beberapa kali mogok akibat mesin mati, pintu otomatis macet, aliran listrik terputus, tinggi pintu yang dianggap terlalu pendek.

Kemudian masalah lainnya yakni pengereman tak mulus, jadwal kedatangan yang dikeluhkan terlambat, dan posisi berhenti berhenti yang kurang pas di peron, hingga sempat ada insiden tabrakan adu banteng antar-dua kereta saat masih ujicoba.

Ramai pernyataan lawas Jonan

Di media sosial, publik pun ramai membahas pernyataan lawas Ingnasius Jonan, Menteri Perhubungan periode 2014-2016. Dalam narasi yang beredar luas, Jonan disebut-sebut sudah mewanti-wanti INKA agar berbenah memperbaiki kualitas produknya.

Tak masalah menggunakan produk lokal, selama sudah memenuhi aspek keselamatan. Karena dalam transportasi publik, keselamatan adalah salah satu hal yang paling utama.

Kala itu, saat masih menjadi Menhub, Jonan menyebut produk INKA bisa dikatakan cukup bagus untuk gerbong kereta. Namun untuk kereta penumpang dengan penggerak sendiri, masih banyak yang harus diperbaiki oleh BUMN yang berpusat di Madiun tersebut agar bisa dipakai KAI yang bertindak sebagai operator.

Ia bilang, INKA belum bisa memproduksi kereta untuk angkutan orang. Sebab, kata dia, kereta-kereta untuk angkutan orang buatan INKA banyak yang tidak memenuhi aspek keselamatan.

"Kalau memang untuk gerbong barang boleh karena tidak terlalu kompleks. Atau juga untuk wagon, kereta penumpang yang ditarik lokomotif boleh," beber Jonan dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 20 Juli 2015.

"Tapi kalau yang model KRL, KRD, dan lain sebagainya itu sebaiknya tidak usah. Apalagi bikin trem," kata Jonan lagi.

Menurut mantan Dirut PT KAI ini, kurangnya unsur aspek keselamatan inilah yang membuat kereta-kereta INKA sempat tidak dipakai lagi untuk layanan KRL Commuter Line.

"Bermasalah pada unsur safety. Misalnya pintu harus dibuka kiri, begitu tombol yang digunakan untuk buka kiri yang kebuka malah pintu kanan," ujar dia.

Jonan mengatakan, apabila kereta buatan INKA dipaksakan tetap beroperasi, maka pihak yang dirugikan adalah masyarakat pengguna dan operator penggunanya, yakni KAI.

"Kalau kualitasnya tidak sempurna, disamping membahayakan, kalau nanti sering mogok, yang diprotes pasti operatornya. Produksi mereka belum sebagus seperti yang diharapkan masyarakat," ucap dia.

Sebagai informasi, di era Menhub dijabat Jonan, kereta buatan PT INKA yang tadinya digunakan dalam layanan KRL Commuter Line adalah kereta listrik tipe i9000, selama beberapa waktu terpaksa tidak dioperasikan dan menganggur di Depo KAI Depok.

https://money.kompas.com/read/2023/10/28/150858926/ramai-dibahas-ini-sindiran-lawas-jonan-soal-kualitas-kereta-inka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke