Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara PLTU Kurangi Emisi, Olah Limbah Debu Batu Bara Jadi Bahan Bangunan

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Limbah debu batu bara hasil pembakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bisa diolah jadi produk bernilai ekonomi, seperti bahan bangunan, yang diharapkan memberi efek berantai (multiplier effect) positif bagi masyarakat dan pelaku bisnis. Serta, sebagai salah satu strategi PLTU mencapai target dekarbonisasi (net zero emission) pada 2060 atau lebih cepat.

Pengolahan limbah debu batu bara atau fly ash bottom ash (FABA) jadi bahan konstruksi dilakukan oleh PLTU yang dikelola PT PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Paiton di Desa Bhinor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Senior Manager PLN NP Unit Pembangkitan Paiton Agus Prastyo Utomo mengatakan, pemanfaatan FABA telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.

FABA yang diolah berasal dari Unit 1 dan Unit 2 serta Unit 9 PLTU yang dikelola PT PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Paiton. FABA juga disalurkan untuk pabrik semen, ready miz, pre-cast, dan ash yard untuk program tanggungjawab sosial perusahaan, pabrik, UMKM, dan industri lain.

"FABA bisa diolah, dimanfaatakan menjadi paving, batako, pengecoran jalan desa, dan sebagainya," ujar Agus dalam keterangannya, Senin (4/12/2023).

Saat ini, PLTU Paiton membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan FABA menjadi produk bernilai guna tinggi di antaranya sebagai campuran dalam industri konstruksi dan infrastruktur.

"FABA bukanlah limbah B3 sehingga dapat diolah dan memberikan banyak manfaat," ujar Agus.

Kerja sama pemanfaatan limbah debu batu bara PLTU Paiton dengan Institut Teknologi 10 Noveber Surabaya (ITS) menghasilkan rumah contoh tahan gempa. Rumah tersebut dikembangkan Bumdes "Bakti Raharjo" di Desa Sumberejo, Kecamatan Paiton. Rumah contoh tersebut berukuran 6x6 meter.

"FABA-nya kami dan gratis, mereka (Bumdes) menyediakan tenaga saja. Total FABA yang digunakan 28,7 ton," kata Agus.

Selain paving, batako, FABA dari PLTU Paiton juga dapat digunakan untuk jalan desa.

Pada Januari 2023 lalu, FABA dari PLTU Paiton dimanfaatkan untuk jalan desa sepanjang 600 meter dengan lebar 2,5 meter dengan standar mutu berdasarkan hasil pengujian dari ITS, setara beton K250. "Total FABA yang digunakan 383 ton," jelas Agus.

Sementara Slamet Haryadi, Ketua Bumdes "Bakti Raharjo" mengatakan, pihaknya mendapatkan pelatihan dari dosen dan peneliti ITS terkait optimalisasi pemanfaatan FABA untuk pembuatan bahan bangunan berbahan baku FABA.

"PLTU Paiton memberikan bantuan alat untuk pembuatan paving blok dan batako. Bagi kami ini sangat berharga sekali untuk prospek ke depannya," jelas Slamet.

Abdul Azis, Asisten Manajer Lingkungan PLN NP PLTU Paiton menambahkan, FABA menjadi inovasi sosial yang berperan penting dalam mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan limbah di lingkungan PLTU.

"Pemberian pelatihan, diharapkan dapat menaikkan tingkat ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi PLTU Paiton," katanya.

Mengenal FABA

Limbah debu pembakaran batu bara atau FABA di PLTU ada dua yakni fly ash dan bottom ash. Keduanya walau sama tapi beda dari segi ukuran dan karakteristiknya.

Bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar daripada fly ash yang berukuran lebih halus.

Dengan demikian, bottom ash disebut sebagai abu yang “terendapkan” sementara fly ash disebut sebagai abu terbang.

https://money.kompas.com/read/2023/12/04/174455826/cara-pltu-kurangi-emisi-olah-limbah-debu-batu-bara-jadi-bahan-bangunan

Terkini Lainnya

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Whats New
Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Spend Smart
Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Whats New
Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Whats New
Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Whats New
Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Whats New
KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

Whats New
Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Whats New
Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Whats New
OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

Whats New
SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

Whats New
Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Whats New
Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Whats New
Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Whats New
Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke