Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Jangan Lagi Bangun Pembangkit di Jawa

Kompas.com - 26/07/2008, 15:12 WIB

DEPOK,SABTU - Untuk menjawab krisis energi yang terjadi saat ini, Indonesia harusnya mulai dengan melakukan swasembada energi. Demikian diungkapkan oleh Guru Besar Teknik Elektro Universitas Indonesia (UI) Rinaldy Dalimi dalam talkshow yang bertajuk 'Krisis Energi Di Depan Mata: Mencari Solusi Menghadapi Krisis Energi Di Indonesia' di Kampus UI Depok, Sabtu (26/7).

Rinaldy melihat bahwa pemerintah harus mulai dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri terlebih dulu mengingat jumlah persediaan minyak dalam negeri yang ada sekarang ini semakin minim. "Setelah itu, pelan-pelan kita mulai ekspor," ujar Rinaldy.

Apa yang akan diekspor? Tentu saja dalam masa swasembada energi itu, pemerintah dan kampus bersinergi menemukan sumber-sumber migas baru atau juga mengembangkan sumber energi alternatif lainnya. Dengan demikian, kestabilan dalam negeri akan terjamin terlebih dahulu. Hal ini ditegaskan oleh pengamat ekonomi UI Faisal Basri.

Menurut Faisal, memang Indonesia tidak perlu terjebak antara ekstrim yang satu dengan ekstrim yang lain, pilih ekspor atau tidak ekspor sama sekali. Namun, Indonesia harus mengembangkan potensi dalam negerinya. "Misalnya, bangun kilang boleh, tapi pakai minyak mentah dari luar negeri yang persediannya 100 tahun lagi baru habis. Swasembada akan bisa efektif jika tidak menggunakan persediaan dalam negeri," ujar Faisal usai talkshow.

Untuk energi gas, pemerintah harus menghilangkan kebiasaan mengkonsumsi gas dengan harga mahal, sedangkan yang murah diekspor. Pemerintah juga harusnya serius mengupayakan proyek batu bara cair, yang potensinya untuk dalam negeri mampu mencapai Rp 8.3 juta barel.

"Satu lagi, mulailah bangun pembangkit listrik di mulut-mulut tambang. Jadi hasil tambang jangan dibawa lagi ke Jawa. Mahal," ujar Faisal.

Menurut Faisal, Biaya angkut hasil tambang ke Jawa itu sebesar USD 7 per ton. Dia mengatakan, bayangkan berapa jumlah hasil tambang yang harus dibawa dan diolah di Jawa. Dengan membangun pembangkit di mulut tambang, tentu saja dapat menghemat biaya angkut yang besar. "Hasilnya bisa disalurka lewat bawah laut," tandas Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com