JAKARTA, KOMPAS.com - PT XL Axiata Tbk tak khawatir tersaingi dengan masuknya perusahaan layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk, Starlink, masuk ke Indonesia.
Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O Baasir mengatakan, saat ini biaya layanan yang ditawarkan Starlink masih lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya layanan yang ditawarkan XL Axiata.
Berdasarkan website resmi Starlink, harga paket layanan termurah sebesar Rp 750.000 per bulan untuk layanan residensial. Berdasarkan website resmi XL Axiata, layanan internet rumah XL SATU dibanderol sekitar Rp 259.000 sampai Rp 369.000 per bulan.
Baca juga: Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang
"Harganya beda kan. Kalau mereka ini sekarang Rp 750.000 yang paling kecil (murah)," ujarnya saat ditemui di XL Axiata Tower, Jakarta, Jumat (3/5/2034).
Kendati demikian, dia berharap pemerintah bisa memberikan ruang bersaing (playing field) yang sama untuk Starlink dengan XL Axiata dan penyedia layanan internet lainnya.
Baik dari sisi aturan, perizinan, pajak yang dikenakan, hingga membuka kantor di Indonesia. Hal ini agar XL Axiata dan operator lainnya memiliki struktur biaya yang sama dengan Starlink.
"Namanya kita masuk ritel, ya audah pemberlakuan aturannya sama. Peraturan perundang-undangan yang berlakunya disamakan dong, jadi playing field-nya sama. Kalau harga terserah lah, itu kan masalah hitung-hitungan ya," ucapnya.
Dia menyatakan, pihaknya juga tidak menutup kemungkinan untuk menjalin kerja sama dengan Starlink secara business to business (BtoB). Sebab, XL Axiata ingin memperluas layanannya ke wilayah yang sulit dijangkau.
"Kita terbuka bekerja sama. Ya sekarang ini lagi bahas-bahas, lagi diskusi-diskusi tentang itu tapi untuk BtoB ya," tuturnya.
Harga Starlink tidak cocok di perkotaan
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan perusahaan layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk, Starlink, telah mengantongi surat uji laik operasi (ULO) untuk beroperasi di Indonesia.
Sebagai informasi, ULO adalah pengujian sistem secara teknis dan operasional dalam pemenuhan standar minimum penyelenggaraan telekomunikasi.
"Itu kan sudah dilakukan uji ULO itu kan uji layak operasi bahwa Starlink itu memenuhi kriteria untuk uji layak operasi di Indonesia," kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (30/4/2024).
Meski sudah mengantongi ULO, Starlink masih harus menjalani proses uji coba pada pertengahan Mei mendatang untuk memastikan jaringannya berjalan dengan baik. Rencananya uji coba ini akan dilakukan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Baca juga: Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing
Budi memastikan, dengan beroperasinya Starlink di Indonesia tidak akan mengganggu persaingan bisnis di sektor telekomunikasi.
Sebab, dari sisi harga saja sudah pasti jauh berbeda.Starlink dengan teknologi canggihnya pasti akan lebih mahal harganya dibandingkan layanan internet lain yang sudah beroperasi lebih dulu di Indonesia.
Oleh karenanya, Starlink kemungkinan akan menyasar pasar di daerah yang belum terjangkau layanan internet seperti daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T).
Artinya, Starlink tidak beroperasi di kota besar seperti Jakarta karena di perkotaan sudah banyak provider internet yang menawarkan harga lebih terjangkau.
"Harganya enggak akan kompetitif kalau di perkotaan, dia kalah. Dia cocoknya, teknologi satelit cocoknya di daerah-daerah. Masa di Jakarta pakai satelit?" ucapnya.
Baca juga: Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.