Karena itu, tak heran jika sering terjadi kecelakaan kereta api. Kecelakaan juga akibat kualitas sumber daya manusia dan prasarana rel yang tidak mumpuni.
Masalah lain yang memperumit pengaturan perjalanan KA adalah stasiun-stasiun di republik ini tidak steril. Terlalu banyak ”jalan tikus” yang dapat dilalui pemudik. Saat KA mulai berjalan, tak jarang penumpang naik di kabin lokomotif sehingga aspek keselamatan dikorbankan.
Agar perjalanan KA saat Lebaran lancar, salah satu upaya yang memungkinkan adalah menurunkan tingkat kecepatan. Namun, akibatnya perjalanan lebih lama, tetapi keselamatan dipertahankan.
Angkutan udara
Bagi pemudik di Pulau Jawa, pesawat dapat digantikan KA. Namun, untuk perjalanan antarpulau, terutama ke Indonesia Timur, moda pesawat tetap diandalkan. Taruhlah, perjalanan kapal dari Tanjung Priok ke Makassar membutuhkan dua hari, bolak-balik sudah empat hari. Maka, habislah hari libur yang dimiliki pemudik.
Dari sisi sarana, terhentinya kegiatan operasi Maskapai Adam Air, yang dulu maskapai terbesar ketiga, menyebabkan armada pesawat hanya 183 pesawat (2008) dari 211 pesawat (2007). Meski demikian, kapasitas angkut meningkat sebab, dalam setahun terakhir, ada beberapa maskapai yang membeli pesawat berkapasitas lebih besar.
Pada April 2008, Lion Air, misalnya, mendatangkan Boeing 737-900ER berkapasitas hingga 215 penumpang. Kapasitas itu lebih banyak dibandingkan B737-300 (110 penumpang) atau B737-400 (136 penumpang).
Selain membeli pesawat berkapasitas angkut lebih besar, sejumlah maskapai menambah frekuensi penerbangan. Garuda Indonesia, misalnya, menambah kapasitas penumpang hingga 44.533 kursi. Sementara Mandala Air menjanjikan 25.000 kursi tambahan per minggu.
Angkutan laut
Pertumbuhan penumpang tertinggi diperkirakan akan terjadi pada musim Lebaran tahun ini, yang pada angkutan laut akan mencapai 10 persen.