Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Ancam 50 Juta Pekerja

Kompas.com - 29/01/2009, 03:59 WIB
DAVOS, RABU - Para pemimpin negara dan pengusaha yang memulai Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Rabu (28/1), dituntut mendapatkan solusi segera dan tepat guna mengakhiri krisis ekonomi global. Jika tidak, pemutusan hubungan kerja lebih dari 50 juta orang akan terjadi tahun ini.

Tuntutan mencari solusi segera dan tepat ini karena ada 2.500 pemimpin negara dan pengusaha yang hadir dalam forum tahunan yang berlangsung selama lima hari ini. Ketua Penyelenggara Klaus Schwab dalam sambutan pembukaannya menyerukan, pemimpin pemerintah dan perusahaan bersatu di sini untuk membuat jalan keluar dari krisis keuangan global.

Sedikitnya 40 kepala negara, antara lain PM China Wen Jiabao, PM Inggris Gordon Brown, Kanselir Jerman Angela Merkel, PM Jepang Taro Aso, PM Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso hadir di kawasan wisata musim dingin itu. Presiden Amerika Serikat Barack Obama tidak hadir karena sibuk dengan masalah dalam negeri.

Dari kalangan perusahaan yang hadir antara lain Peter Brabeck-Letmathe dari Nestle AG, Michael Dell dari perusahaan komputer AS, dan Carlos Ghosn dari industri otomotif Renault-Nissan. Pimpinan perbankan yang sedang terlilit utang, seperti Citigroup Inc, Bank of America, dan UBS AG, juga hadir.

PM Rusia Putin dan PM China Wen Jiabao menjadi pembicara kunci pada hari pertama forum. Dunia akan menunggu apa sikap negara mereka bersama negara lainnya menghadapi krisis. Merkel, Brown, dan Taro Aso, yang sudah mengeluarkan stimulus bernilai miliaran dollar AS, juga akan menekankan perlunya sebuah langkah lanjutan untuk mencegah ekonomi dunia terjebak krisis yang lebih dalam.

Sekalipun forum ini tanpa kehadiran Obama, namun perhatian juga tetap diarahkan ke Washington berkaitan dengan upaya Gedung Putih memperoleh paket stimulus lebih dari 816 miliar dollar AS yang lagi dibahas di Kongres. Paket stimulus AS ini diharapkan sangat membantu memperbaiki krisis.

Tumbuh 2,5 persen

Solusi mengatasi krisis ekonomi dunia menjadi sebuah keharusan karena ancaman krisis terus bermunculan. Ekonom Stephen Roach memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 hanya 2,5 persen. Ekonomi dunia digambarkan sudah ”mendekati resesi”.

Pertumbuhan ekonomi China yang diharapkan bisa menjadi harapan agar pertumbuhan ekonomi dunia tidak terjebak resesi ternyata juga tidak lepas dari krisis. Pemerintah China mengatakan, pertumbuhan ekonomi China tahun 2009 bisa mencapai 8 persen, turun dari sebelumnya selalu tumbuh dengan dua digit. Namun, pihak Dana Moneter Internasional mengatakan, mereka mungkin harus merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi China dari 9 persen yang dibuat pada Oktober lalu menjadi hanya 5 persen.

Survei tahunan PricewaterhouseCoopers mengusulkan perlunya aksi segera. Jika tidak, krisis yang berawal dari sistem perbankan di AS dan dunia itu akan menekan pemasukan di semua kawasan dan industri. Karena itu, para pemimpin yang bertemu di Davos diharapkan bisa memberikan solusi cepat dan tepat untuk menghentikan krisis.

Para pemimpin perusahaan top dunia mengaku, krisis masih akan membuat pendapatan perusahaan mereka semakin merosot pada tahun 2009. Kondisi ini jelas akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjanya.

Hasil jajak pendapat terhadap lebih dari 1.100 pemimpin eksekutif (CEO) di seluruh dunia memperlihatkan pesimistis yang tinggi, prospek perusahaan mereka akan kian suram akibat resesi. Hanya 21 persen dari para CEO yang tetap yakin penerimaan mereka akan meningkat dalam 12 bulan ini. Angka ini merosot dari 50 persen CEO pada setahun lalu.

Pesimistis pemimpin perusahaan ini juga terus meningkat hanya dalam beberapa bulan ini. Pada September lalu, hanya 48 persen dari pemimpin perusahaan yang mengaku krisis perbankan akan berdampak buruk pada usaha mereka. Dalam sebuah interviu pada Desember lalu, 67 persen dari pemimpin perusahaan itu mengaku bakal dihantam krisis.

Roach yang juga pemimpin Morgan Stanley di Asia dan sejak lama mengikuti Forum Ekonomi Dunia di Davos mengatakan, ekonomi dunia akan melewati masa-masa yang berat dalam tiga tahun ini. ”Kita harus menghadapi kenyataan bahwa pemulihan, apabila datang akhir tahun ini atau awal tahun depan, akan tetap berjalan lesu,” ujarnya.

Lars Thunnel, pemimpin International Finance Corporation, perusahaan privat dari Bank Dunia, memperkirakan krisis masih berlanjut dalam beberapa tahun. ”Pengalaman dan hasil riset memperlihatkan, krisis masih akan berlangsung beberapa tahun,” ujar Thunnel yang dikenal sebagai orang di balik upaya mengatasi ”bank busuk” di Swedia saat krisis tahun 1990.

Krisis ekonomi yang masih menghantui ini membuat Organisasi Buruh Dunia dari markasnya di Geneva, Swiss, Rabu, mengingatkan bahwa krisis ekonomi dan keuangan global selama dua tahun ini bakal menyebabkan lebih dari 50 juta pekerja menghadapi PHK hingga akhir tahun 2009.

Perkiraan angka PHK ini menunjukkan PHK global tahun 2009 akan meningkat melampui angka tahun 2007, dengan rentang 18 juta hingga 30 juta pekerja. Angka ini akan meningkat lebih dari 50 juta pekerja jika situasi ekonomi global terus merosot.

Zona euro terancam

Situasi krisis yang terus memburuk juga mengancam stabilitas di zona euro. Perbedaan yang kian tajam di antara negara-negara zona euro bahkan bisa menghancurkan keutuhan dari zona euro yang beranggotakan 16 negara. Zona euro merupakan istilah untuk negara-negara di Eropa yang sudah menerapkan mata uang euro.

Pemimpin Dana Moneter Internasional Dominique Strauss-Kahn, Rabu, menegaskan, zona euro memerlukan koordinasi kebijakan ekonomi. Jika tidak, perbedaan di antara negara-negara zona euro akan kian besar dan stabilitas zona euro dalam bahaya.

Dalam wawancara dengan mingguan Jerman, Die Zeit, Strauss-Kahn juga menyerukan agar Bank Sentral Eropa (ECB) ”memberi tambahan bahan bakar” bagi ekonomi zona-euro dengan memangkas lagi suku bunga.

Pengurangan suku bunga sejauh ini sudah dilakukan The Fed (bank sentral AS) dan sejumlah bank sentral lainnya. Penekanan suku bunga diharapkan mendorong pasokan dana ke sektor riil dan menggairahkan perekonomian.(Reuters/AFP/ppg)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com