Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengeja Laba Usaha Kursus Baca Tulis

Kompas.com - 02/03/2009, 12:37 WIB

JAKARTA, JUMAT — Orang tua sering khawatir kalau anaknya yang baru masuk sekolah dasar (SD) tak segera menguasai keterampilan membaca dan menulis. Alhasil, sebagian memilih menggenjot kemampuan ini dengan memasukkan ke lembaga kursus.

Yeni adalah salah satu yang melihat peluang bisnis dari kondisi ini. Sejak tahun 2003, Yeni mendirikan kursus Baca Tulis di Yogyakarta. Kursus ini memberikan jasa mengasah kemampuan membaca dan menulis anak dengan memberi stimulus berupa pembacaan dongeng dan berbagai lembar kerja. Target lembaga ini adalah anak-anak kelas 1 SD sampai kelas 2 SD.

Setelah cukup sukses dan melihat peluang lebih besar, sejak tahun 2006, Yeni lantas mengembangkan bisnis pendidikannya dengan konsep kemitraan.

Untuk menjadi mitra kursus Baca Tulis, Anda harus merogoh kocek sebesar Rp 20 juta. Dengan duit sebesar itu, mitra akan mendapatkan paket perdana senilai Rp 10 juta yang meliputi paket alat peraga, rak pajangan, perangkat administrasi, dan modul pembelajaran. Lalu, alat promosi seharga Rp 5 juta, dan biaya lisensi selama lima tahun seharga Rp 5 juta.

Total biaya tersebut juga sudah mencakup pelatihan pekerja maksimal tiga orang. Namun, biaya itu belum termasuk prasarana yang meliputi tempat kursus, meja, kursi, dan sebagainya.

Meski sudah membayar semua biaya tersebut, Anda belum dianggap sebagai mitra sampai lulus masa percobaan selama setahun. Pihak Yeni akan mengevaluasi langsung mitra yang meliputi jumlah murid dan sistem pembelajaran. "Jika tidak sesuai target, mitra dianggap gagal," ajar Yeni. Jika gagal, mitra hanya akan mendapat pengembalian biaya lisensi sebesar Rp 5 juta.

Sistem royalti

Pemasukan mitra dari bisnis ini berasal dari biaya pendaftaran yang berkisar Rp 150.000 sampai Rp 300.000 per siswa dan iuran bulanan yang berkisar Rp 120.000 sampai Rp 300.000 per siswa. "Besar biaya bervariasi, mitra bisa menentukan sendiri besaran biaya berdasarkan lokasi masing-masing," kata Yeni.

Lama proses belajar di lembaga kursus ini dua kali seminggu selama 75 menit setiap pertemuan. Agar pengajaran lebih maksimal, jumlah anak dibatasi hingga delapan orang per kelas.

Jika usaha sudah jalan, mitra wajib menyetor royalti dari sebagian pendapatan kursus tiap bulan. Besarnya bervariasi, tergantung komponen pendapatan. Misal, dari setiap biaya pendaftaran peserta, si mitra harus membayar royalti 50 persen ke pusat. Dari iuran bulanan peserta kursus, mitra harus membayar royalti 35 persen.

Dengan asumsi mitra mampu menggaet minimal enam siswa setiap bulan, Yeni memperkirakan mitra akan balik modal dalam satu tahun. Perhitungannya, dengan 72 peserta setahun dan biaya pendaftaran Rp 150.000, mitra sudah mengantongi Rp 5,4 juta setelah dikurangi royalti. Dari pendapatan bersih iuran bulanan per anak Rp 82.500 per bulan untuk 72 anak, mitra mendapat Rp 46,33 juta per tahun setelah dikurangi royalti. Setelah dikurangi gaji guru sebesar 20 persen dari biaya lainnya, mitra bisa balik modal dalam setahun.

Saat ini, kursus Baca Tulis telah memiliki 36 gerai yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan, dan Lampung. "Ada 23 cabang produktif. Sisanya masih salah kelola," ujar Yeni. Yang masuk kategori produktif adalah cabang yang bisa menggaet minimal 20 siswa per bulan dengan omzet Rp 10 juta-Rp 12 per bulan. (Kontan/Dessy Rosalina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com