LONDON, KOMPAS.com - Indonesia mengusulkan jalan tengah antara perbaikan regulasi sistem keuangan dan pengucuran stimulus fiskal sebagai jalan keluar dari krisis keuangan global.
Sikap Indonesia itu, menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika memberikan keterangan pers di Hotel JW Marriott, London, Rabu (1/4), untuk menengahi perdebatan yang mengemuka antara Uni Eropa dan Amerika Serikat pada pertemuan G-20 di London. "Indonesia berpendapat dalam hal ini kita harus menunjukkan unity kita, bahwa tidak perlu dipertentangkan, bahwa kita bisa mencari jalan tengahnya antara regulasi versus stimulus tadi," tutur presiden.
Posisi Indonesia itu akan disampaikan oleh Presiden Yudhoyono pada
beberapa sesi pertemuan G-20 yang akan dimulai dengan jamuan makan malam di Downing Street 10 pada Rabu malam, dan acara makan pagi serta sesi utama pada Kamis 2 April 2009.
Menurut presiden, Indonesia berpendapat regulasi dan paket stimulus diperlukan untuk memulihkan kembali perekonomian dan memulihkan kembali permintaan pasar. Namun, lanjut dia, jika regulasi tidak ditata kembali, ekonomi dunia akan menemui masalah di masa datang. "Kalau regulasi tidak ditata kembali, tidak akan bertahan lama. Suatu saat akan ketemu lagi failure (kegagalan) di bidang perbankan sehingga bisa memunculkan masalah-masalah baru," tutur presiden.
Kepala negara berharap KTT G-20 di London dapat membangun konsensus untuk keluar dari kondisi krisis. "Akan buruk sekali kalau kami, leaders, tidak bersepakat. Apalagi terjadi benturan yang keras, itu bisa kirimkan sinyal keliru. Dikira kita tidak bersepakat untuk melakukan global action atau coordinated action, padahal hanya perbedaan cara pandang dan prioritas," tuturnya.
Dalam intervensi yang akan disampaikan pada pertemuan G-20, Presiden Yudhoyono juga akan menyatakan pandangan Indonesia bahwa dalam jangka pendek selama dua tahun ke depan upaya mengatasi krisis keuangan global seperti paket stimulus dan kebijakan moneter yang menjamin pergerakan ekonomi harus sungguh-sungguh dilakukan. "Indonesia menggarisbawahi perlunya ada coordinated action dalam
melakukan counter cyclical mengatasi krisis ini," ujar presiden.
Dalam forum G-20, Indonesia juga akan menyampaikan dukungannya terhadap reformasi dan penambahan dana lembaga keuangan internasional.
G-20, menurut presiden, bahkan telah menampung ide Indonesia yang
dilontarkan pada KTT G-20 di Washington pada November 2008 tentang
pembentukan global expenditure support fund. "Prinsipnya proposal kita diterima, diwadahi. Tetapi, di G-20 ini pembicaraannya makin maju sehingga sudah masuk ke wilayah teknis dan kita berharap tetap menjadi suatu konsensus bersama tentang pentingnya support fund (dukungan dana) untuk negara-negara yang memerlukan," tuturnya.
Indonesia, menurut presiden, berharap dana pendukung itu bisa menjadi salah satu pilar mengatasi krisis keuangan global terutama untuk negara-negara berkembang yang tidak memiliki banyak modal.
Pertemuan G-20 yang dihadiri oleh kepala negara/pemerintahan Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, dan Uni Eropa telah dimulai pada pukul 17.50 waktu setempat atau pukul 23.50 WIB dengan resepsi oleh Ratu Elizabeth II di Buckingham Palace.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.