Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wedalwergi Obrak-abrik Pergelaran Wayang

Kompas.com - 17/06/2009, 08:33 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Padepokan Wayang Topeng "Asmoro Bangun" dari Pakisaji, Kabupaten Malang, dijadwalkan tampil pada Pesta Kesenian Bali (PKB) dengan membawakan lakon "Panji Udonowongso", di Denpasar, 19 Juni.
     
Humas Padepokan Wayang Topeng Asmoro Bangun, Henri Nurcahyo, di Denpasar, Rabu (17/6), mengatakan bahwa kelompok tersebut akan tampil di Art Center, Denpasar, pada pukul 15:00 Wita, guna memeriahkan pesta kesenian tahunan di Pulau Dewata itu.
     
"Lakon yang ditulis dan disutradarai Suroso ini dibawakan oleh 20 orang. Ini merupakan kehormatan bagi kami karena kesenian tradisional asal Jawa Timur bisa tampil di PKB yang sudah terkenal hingga ke luar negeri," katanya.
     
Pengamat seni tersebut menjelaskan cerita "Panji Udonowongso" itu dimulai dengan adegan tokoh Wedalwergi, seorang putri raksasa yang ingin mengawini Panji Inukertopati. Dengan segala cara, ia kemudian menculik Dewi Sekartaji, istri Panji, dan dibuang ke hutan.
     
"Tiba-tiba sang Panji terkejut karena Dewi Sekartaji memiliki banyak bercak di sekujur tubuhnya. Kemudian diumumkan kepada rakyat bagaimana caranya menyembuhkan sakit sang dewi," katanya.
     
Padahal, kata dia, Dewi Sekartaji tersebut bukan yang asli, melainkan penjelmaan dari Wedalwergi yang memang berambisi untuk bersanding dengan Panji.
     
Di tengah keprihatinannya, Dewi Sekartaji asli yang dibuang ke hutan ditolong dewa dan diubah wujudnya menjadi seorang kesatria bernama Panji Udonowongso yang memiliki profesi dalang wayang ruwatan.
     
"Panji Udonowongso dengan media pergelaran wayang ruwatan melakukan penyembuhan di berbagai tempat. Pada suatu pertunjukan, Dewi Sekartaji palsu (Wedalwergi) tersulut emosinya, dan marah karena merasa disindir oleh cerita wayang yang sedang dipergelarkan," katanya.
     
Akhirnya pergelaran diobrak-abrik oleh Wedalwergi dan munculah sifat aslinya bahwa dirinya adalah seorang raksasa yang memiliki sifat tidak baik. Menurut Henri yang juga mantan wartawan tersebut, inti cerita wayang topeng itu adalah memberikan pendidikan moral kepada masyarakat bahwa setiap keburukan itu pasti akan terlihat dan akan terkalahkan oleh kebaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com