Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Juga Terkoreksi

Kompas.com - 22/07/2009, 16:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu (22/7) sore, masih terkoreksi meski Bank Indonesia (BI) masuk ke pasar untuk menjaga rupiah agar tak terpuruk lebih jauh.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turun Rp 10.065-Rp 10.075 per dollar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 10.040-Rp 10.050 atau melemah 25 poin.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan, tekanan pasar agak berkurang setelah BI masuk ke pasar. Namun, rupiah masih tetap terkoreksi. "Namun, penurunan rupiah itu lebih kecil dibanding pada pagi hari yang mencapai 65 poin," ujarnya.

Menurut dia, menguatnya dollar karena ekonomi AS dinilai membaik setelah berhasil melewati dasar-dasar dari tekanan krisis global dan diperkirakan akan lebih membaik pada awal tahun depan. Situasi ini memicu pelaku pasar domestik membeli dollar ketimbang rupiah sehingga mata uang asing itu menguat meski di pasar global tak menentu.

Dollar AS bervariasi setelah Ketua Federal Reserve Ben Bernanke menerangkan bahwa ekonomi dan pasar keuangan membaik, tetapi tidak cukup untuk menggantikan kebijakan moneter. "Namun, pasar ragu-ragu atas komentar Bernanke itu," kata Edwin Sinaga. 

Sementara itu, euro melemah menjadi 1,4227 dollar dari 1,4233 dollar di New York, tetapi "greenback" jatuh menjadi 93,73 yen dari 94,21 yen.

Ia mengatakan, posisi rupiah saat ini cukup baik meski masih di atas Rp 10.000 per dollar AS. Apabila berada di bawah level itu, dikhawatirkan rupiah akan terus menguat menjauhi level Rp 10.000 per dollar AS. "Kami khawatir rupiah akan terus menguat apabila berada di bawah angka Rp 10.000 per dollar AS. Kenaikan rupiah yang terlalu cepat kurang menguntungkan bagi para eksportir," ucapnya.

Edwin Sinaga yang juga Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa mengatakan, rupiah diharapkan akan tetap berada di atas Rp 10.000 per dollar AS sehingga tidak merusak nilai jual produk ekspor eksportir. "Apabila rupiah terus menguat hingga di bawah Rp 10.000, maka eksportir kerepotan menghitung jual produknya sehingga mengurangi pendapatan devisa negara," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com